Teori Film

Rabu, 19 Juni 2013

LaGaligo (1)

LA GALIGO 12apr13.
Membaca I La Galigo ibarat meraba sastra dalam gulita. Syair I La Galigo lahir di Luwu, sebelah Utara Teluk Bone, pada umumnya dianggap sebagai tanah asal orang Bugis, yang mengisahkan tentang Dunia Atas, Dunia Tengah dan Dunia Bawah. Tak diketahui kapan pertama kali kisah ini ditulis, namun Dunia meyakini kisah ini lebih dahulu muncul sebelum Mahabharata.

 Dengan mengesampingkan yang aneh-aneh, syair I La Galigo menggambarkan kehidupan istana raja-raja Bugis terdahulu kala.I La Galigo bukanlah suatu puisi rakyat, dia adalah suatu kesenian istana, yang dipelihara dan dilestarikan, terutama dilingkungan kerajaan. Dia mengisahkan kehidupan orang orang besar di bumi. Kemudian I La Galigomenjadi kisah yang disucikan, dimanfaatkan oleh masarakat.


 Dimasa syair I La Galigo diciptakan, pastilah merupakan jaman dengan kehidupan sastra yang menggairahkan masarakat Luwu. Pengaruh Islam (di kerajaan Bone menjadikan penggemar seni sastra telah langka. Pemikiran Barat yang membaca I La Galigo sebagai Roman, tidaklah terdapat didalamnya banyak keindahan buah fikiran, akan tetapi nilai karya ini bagi orang Bugis tidaklah dipekemkan dengan hal2 tersebut. 

 Seni Sanjak I La Galigo adalah suatu Realisme yang oleh lagu (metrum) dan tradisi dituang dalam bentuk bentuk tertentu, tidak menutup kemungkinan nilai Religius.

 Karya ini merupakan suatu gambaran tentang pandangan keagamaan dan tradisi adat istiadat orang Bugis dalam kurun wktu tertentu akan sejarah mereka yang tertulis, yang dibukukan oleh mereka sendir melalui berbagai aspek kehidupan (sastra, lagu, religiutas) mereka sendiri dan tidak pernah dilakukan oleh suku suku lain di Nusantara. Batara Guru diturunkan-diutus dari langit Sang Pencipta memnerima Guru ri Selleng dan Permainsurinya di depan istana, “sambut dan bawa mereka kedalam dengan segala upacara kebesaran’ sabda Sang Pencipta kepada dua orang dayang dayang istana (dunia Atas).

 Sang Pencipta mengemukakan keingininnannya didepan majelis kepada Guru ri Selleng dan istrinya untuk mengisi Dunia Tengah dengan penghuni. Selanjutnya, Sang Pencipta bertanya, ‘putera yang manakah yang baikuntuk dikirim kelak ke Dunia Tengah? Akhirnya Batara Guru menjadi kesepakatan semua Majelis Langit untuk diturunkan ke Dunia Tengah. 

Sang Pencipta menyuruh Batara Guru masuk untuk mandi upacara. Berbagai sanak famili merasa terharu akan kepergian Batara Guru ke Dunia Tengah, sementara Guru ri Selleng dan Sinaungtoja akan segera kembali ke Dunia Bawah.. Sang Pencipta mengirim pesan kepada Batara Guru, bahwa siang telah berlalu dan ia harus pergi. Sang Pencipta memberikannya sekapur sirih yang telah dikunyah, dililitkan keris dipinggangnya, mahkota dikepalanya, gelang serta cincin Datu Palinge. Ia herus membawa tumbuhan jenis tertentu beras pemuja dan sebagainya. 

Pada pertengahan perjalanan kebawah ia harus meremas gunung, mengelompokkan hutan, membentasngkan bukit, menggali lembah, menghamparkan lautann menata danau, menarik sungai, membelah daratan, membuat kelokan kelokan kali, melubang gua, menciptakan pusaran air. Terjadilah berbagai gejolak alam…’ Dan memnyembalah sekarang tiga kali pada Langit dan Dunia Bawah’ sabda sang Pencipta. Sambil menangs Batara Guru menyembah ‘ Kehendakmulajah yang beralku Tuanku! Kawinkanlah aku! Sang Pencipta; jagalah hidupmu sebagai manusia bukan sebagai dewa.


 Kemudian Sang Pencipta meletakkan putranya kedalam sebatang ‘bambu betung’ lalu diikatnya erat lalu diturunkan melalui pelangi yang direntangkan. Sangkabatara diperintahkan mengumpulkan seluruh penghuni Langit, mahluk halus yang jahat, pengawal Langit, bintang Luku, bintang Selatan, dan bintang Ayam Jantan (kalajengking), yang kesemuanya harus turut dalam perjalanan Batara Guru kebumi. (bersambung)

1 komentar:

  1. Menarik jg tulisannya, mari mampir sejenak membaca koleksi GALIGO kami www.sastrabugis.com

    BalasHapus