Teori Film

Senin, 26 Desember 2016

Teripang di Pulau Sumba

Tulisan ini adalah tanya jawab saya dengan Peneliti Echinodermata, yang melakukan ekspedisi widya nusantara ke pulau Sumba di Augustus 2016

Nama saya Ana Setiastuti. Saya dari pusat penelitian Oseanografi dalam ekspedisi ewin ini. Saya mengerjakan /peneliti biota Teripang, yang saya kerjakan salahsatunya adalah mencari tahu konektifitas atau hubungan teripang-teripang yang di temukan di setiap lokasi yang telah ditentukan yang kita singgahi,  nanti didapatkan data  teripang ini baik asal maupun jenisnya.

 

Harapan nya dengan mengikuti ekspedisi Widya Nusantara ini adalah untuk mendapatkan data, karena minim data sama sekali tentang Sumba, baik mengenai koleksi biota, maupun parameter-parameter yang lain. 

Dalam imajinasi saya, Sumba ini berasal dari benturan antar lempeng bumi, harapan nya adalah ketika saya sampai disini saya bisa menemukan biota-biota yang mungkin berbeda dengan yang tempat yang lain nya.

  

Sebenarnya ini adalah geomorfologi, mungkin dari teman-teman geologi bisa menjelas kan sejarah terbentuk nya paparan sunda,

Indonesia  berada di paparan sunda, pulau Sumba ini salah satu nya termasuk ke bagian lester sunda. Lester sunda ini secara biologi umur nya masih muda di banding kan pulau-pulau lain yang ada di Indonesia, karena ini terbentuk adanya pergeseran lempeng bumi sehingga membentuk pulau itu sepanjang jalur itu.



 



Penanya     : Adakah teripang yang unik disini?
Narasumber :  Belum ada, semuanya spesies yang umum di dapat.


Penanya     : Boleh di ceritakan proses saat penelitian itu seperti apa?
Narasumber :    untuk eksplorasi biota teripang, tim biologi harus mencapai pesisir dengan menggunakan perahu karet,  kemudian saat sampai di pesisir kita harus orientasi pesisir, yaitu untuk mendapatkan habitat yang tepat mengekpolari teripang jadi di satu titik itu kita harus kelilingi dulu untuk mencari teripang atau habitat nya.

Kapal Baruna Jaya VIII, Kapal Riset LIPI

Penanya     : Apa sih keunggulan teripang? Apa yang membuat teripang berbeda?
Narasumber : Teripang adalah timun laut yang di komersil kan, yang di konsumsi oleh masyarakat dan masuk dalam wilayah perdagangan.
Indonesia hingga sekarang 2016 mengkategorikan teripang dalam perdagangan itu hanya “Teripang” faktanya itu adalah multi spesies atau multi jenis.
Data terakhir yang saya eksplorasi tahun kemarin, ada 54 jenis masuk perdagangan dari dulu hingga saat ini.
sebenarnya teripang itu tidak hanya 1 jenis yang masuk perdagangan dan itu itu banyak jenis .
Kemudian fakta nya semakin kesini (tahun-tahun sekarang ) data dari masyarakat yang tidak tertulis dalam publikasi mengatakan bahwa teripang itu semakin sulit untuk di temui di alam.
Jadi salah satu tujuan ke Sumba adalah untuk membuktikan itu, apakah benar masyarakat disini mengeksploitasi? Apakah benar ada pengepul-pengepul tengkulak kesini?

 

Penanya     : Dan apa hasil nya?
Narasumber : Masyarakat disini tidak mengekploitasi untuk di jual tetapi mereka mengambil nya untuk di makan itu pun ngambil nya kadang-kadang ketika mereka menginginkan. Jadi memang belum terlalu di eksplor hasil laut nya disini khusus nya untuk teripang.

Penanya     : Bisa di jelaskan kesimpulan hasil ekspedisi ini khusus nya untuk penelitian teripang?
Narasumber : Jadi hasil yang sudah di dapatkan sudah lumayan cukup jauh, saya hanya bisa berbicara tentang diversity keragaman jenis yang di dapat. Jadi di Sumba ini susah sekali mencari teripang kemungkinan di Sumba ini miskin akan teripang nya.


Penanya     : Adakah saran untuk masyarakat atau pemerintah yang mau di berikan?
Narasumber :  Sepertinya tidak ada karena mereka tidak mengeksploitasi nya, mereka mengambil tidak untuk di jual tapi mereka mengambil untuk di makan saja.


Penanya     : Mungkin tidak kalau misalkan seumpama teripang itu di budidaya kan disini?
Narasumber : Sebenarnya mengkonsumsi teripang itu bukan masyarakat lokal tetapi kebanyakan teripang itu di eksploitasi, konsumen utama nya adalah warga China. Jadi kalau memang permintaan pasar luar itu tinggi itu tidak apa-apa membuat budidaya disini tetapi apakah masyarakat nya mau melakukan budidaya itu.



Sabtu, 24 Desember 2016

Karangsambung; School of Rock





Di masa lampau jauh sebelum terbentuknya peradaban manusia, bumi telah menunjukan aktivitasnya. Berdasarkan bukti – bukti pada batuan, pergerakkan benua diperkirakan dimulai sejak 180 juta tahun yang lalu, Afrika dan Amerika selatan berpisah pada 120 juta tahun yang lalu. Daratan yang kini menjadi India terpecah sejak 110 juta tahun yang lalu dan bergerak relative cepat ke utara.




 


 Di belahan bumi yang akan menjadi kepulauan Indonesia pada saat yang sama setelah daratan India terpecah dan bergerak ke utara, Australia memisahkan diri dari Antartika. Cikal bakal kepulauan Indonesia di perkirakan mulai terbentuk sejak 60 juta tahun yang lalu, sebagian material batuannya yang lebih tua berasal dari belahan bumi selatan.



Menurut para ahli geologi didalam perut bumi terdapat arus konveksi yang menyerupai pergerak air yang dipanaskan, arus konveksi inilah yang membimbing pergerakan lempeng benua dan lempeng samudera. 


 


Terhimpunnya batu-batuan di daerah Karangsambung dan sekitarnya adalah akibat pertemuan antara lempeng India-Australia dengan lempeng Asia yang dimulai sejak jaman kapur akhir atau sejak 60 juta tahun yang lalu.


 Bukti – bukti adanya pertemuan 2 lempeng dapat disaksikan di daerah Karangsambung melalui singkapan beraneka ragam batuan yang mencerminkan asal batuan tersebut.


 


Karangsambung terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen jawa tengah, kawasan ini dikelilingi perbukitan bermacam batuan dan di lembahnya mengalir sungai Loulo dan bermuara di Samudera Hindia, kawasan yang penuh perbukitan ini merupakan cerminan sejarah masa lampau Karangsambung.




Kompleks batuan pratersier Loulo, batu basalt, dan gabru serta serpetinik ini adalah merupakan kepingan batuan pembentuk lempeng samudra dan batuan asal perut bumi yang lebih dalam lagi. Batuan sedimen yang disebut rijang adalah penghuni dasar samudra.


Didalam batuan ini dijumpai makhluk renik yang pernah hidup puluhan juta tahun lalu dan kini telah menjadi fosil, itulah fosil radiolarian.


 











Rijang biasanya berasosiasi dengan lava basal, bentuk lava basalt yang aneh menyerupai bantal menunjukan bagaimana ia terbentuk pada puluhan juta yang lalu nun jauh diatas lantai samudra ia pun dinamai lava bantal. Dari bagian lempeng benua terangkat kepermukaan batuan metamorsekismika yang berkilauan. 

 


Bermacam-macam batuan itu berhimpun dan masing – masing batuannya menyimpan rekaman sejarah pembentukkannya. Di bagian selatan kompleks batuan pratersier pada 40 juta tahun yang lalu hingga 5 juta tahun yang lalu terbentuk urutan formasi batuan sedimen yang kemudian diberi nama formasi Karangsambung, formasi totogan, formasi waturanda, dan formasi penosogan.

 



Penelitian tentang Karangsambung pertama kali dilakukan oleh Verbeek, seorang geolog Belanda pada tahun 1891. Ia melakukan penelitian di wilayah Karangsambung. Hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada tahun 1933. Penelitian dilanjutkan oleh Sukendar Asikin, geolog Indonesia pertama yang mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori Tektonik Lempeng.

 


Daerah Karangsambung telah banyak diselidiki terutama untuk kepentingan ilmu pengetahuan, daerah ini pun menjadi penting untuk mempelajari perkembangan sejarah geologi pulau jawa khususnya dan Indonesia barat pada umumnya.

 
 
Di desa Karangsambung itulah pada tahun 1964 dibangun sebuah kampus lapangan geologi, kampus ini dibangun untuk meninggikan mutu, teknik, perpetaan, dan metode pekerjaan lapangan bagi para calon ahli geologi. Pada tahun 1987 kampus lapangan geologi Karangsambung disempurnakan menjadi unit pelaksana teknis atau UPT laboratorium alam geologi Karangsambung.

 

Dan kini sebagian besar dari ahli geologi di Indonesia pernah mendapatkan pendidikan di kampus Karangsambung. Sejalan dengan derasnya isu – isu perlindungan lingkungan dan untuk mencari solusi ilmiah dalam rangka mencegah, memperkecil dampak, dan memperbaiki berbagai kerusakan dan degradasi alam maka pada tahun 2002 ditetapkanlah kampus ini menjadi UPT Balai Informasi dan Observasi Kebumian Karangsambung LIPI.