Teori Film

Sabtu, 15 November 2014

Teori film psikoanalisa


                                                                                           

                                                           
Apa yang membuat penonton beranjak lebih cepat dari duduknya sebelum film selesai, berlama lama larut dalam kesedihan, atau ketiduran karena merasa lebih nyaman dengan suasana gelap gedung bioskop mendatangi gedung bioskop melakukan ritual sesaat, (mengamati poster, membaca synopsis, mengantri diloket sebelum menikmati film  yang kemudian berargumen tentang film yang ditontonnya baik kepada dirinya ataupun kepada orang lain) jawaban pertanyaan tersebut mungkin lebih sederhana dan simpel dibanding pertanyaanya. Ada banyak metode dalam menjelaskan  hal ini, selaku penulis ada dua dimensi point of view dari disiplin ilmu yang menarik serta penjabaran mengapa bioskop perlu dikunjungi. 



Pertama, dimensi sosiologis sebagai aspek yang global. Menurut Erwin Goffman seorang pakar sosio-psikolog, manusia pada hakekatnya secara aktif mengklarifikasikan dan mengkategorisasikan pengalaman hidup ini agar mempunyai arti dan makna, permasalahannya individu terkadang secara tidak sadar mengabaikannya, meskipun individu menyadarinya, ia perlu mencari  presentasi atau paradigma lain disekitarnya, agar individu yakin bahwa ada individu lain yang mau tidak mau memiliki keterhubungan dengan individunya. Akan muncul adanya semacam comparison, sebersit pernyataan bahwa pengalaman orang lain lebih berarti dari pengalaman hidupnya, dan itu adalah lumrah. Secara umum berakibat interprentasi individu menjadi tergantungan dengan kondisi individu lain. Hal inilah yang mengemukakan bahwa manusia adalah mahluk social. Representasi film jelas memberikan banyak karakter-individu dan pengalaman dari individu lain yang kemudian individu sendiri mencari-mengidentifikasi individu mana yang menyerupai pengalamannya sebagai sebuah interprentasi.


                                        


Semakin unik contoh-representasi  tersebut, maka akan semakin dibutuhkan karena individu berusaha menarik kesimpulan yang diinginkan dengan cepat membekas pada panca indra manusia sebagai sebuah proses sebab-akibat. Artinya point ini telah merambat ke dimensi psikologi sebagai suatu sikap atas individu.
Representasi dalam film atau strategi yang digunakan filmmaker adalah upaya untuk menekankan dan membuat pesan menjadi lebih bermakna, lebih unik dan mencari perhatian public. Upaya membuat pesan lebih mencolok dan lebih unik ini serta interaksi secara tidak langsung melalui layar dengan penonton adalah taraf lanjut yang  tak dapat dipisahkan dengan dimensi psikologis ke dalam film.


Rabu, 08 Januari 2014

Evolusi tanpa Revolusi…lahirnya Sinematografer Indonesia (SI)



Terminologi sederhana dari kata Sinematografer adalah  kepala bagian yang meliputi departemen kamera, departemen pencahayaan dan Grip (peralatan penunjang; ditambahkan penulis ) untuk itulah Sinematogrefer sering juga disebut sebagai Director of Photography atau disingkat menjadi DoP. (sumber wikipedia)