Teori Film

Rabu, 24 Maret 2010

Hari ini dengan Seno G.A


Cultural Studies.
Mengenai ‘kebudayaan’ dalam konteks cultural studies memiliki muatan yang bersifat selektif, dan mau tak mau bersifat selektif, mengapa? Kebudayaan atau konsep kebudayaan/culture merupakan bidang yang sangat majemuk, setiap kita bisa mengartikan makna dari kebudayaan tersebut, oleh karena kebudayaan tidak menunggu dideskripsikan oleh para teoritikus atau siapapun, sehingga kajian budaya dianggapa sebagai bidang multidisipliner, dan hal ini yang terkadang menyulut perdebatan, beda argumentasi, bahkan konflik.
Menurut Williams. R seorang pakar Cultural Studies melalui (keywords. London. 1983) menguraikan bahwa konsep tersebut adalah sebuah alat yang memiliki nilai dan seharusnya berguna bagi kita. Sehingga penggunaan dan maknanya akan terus bergeser seiring konteks perubahan jaman dan isu sosial, sehingga bagi kita adalah: apa yang kita harapkan bisa ‘dilakukan’ dari para pemikir konsep tersebut, dan seyogyanya, yang kita pertanyakan bukanlah ‘apa’ itu kebudayaan? Melainkan bagaimana dan untuk apa bahasa kebudayaan tersebut digunakan. Pemikiran inilah yang coba dikembangkan dalam mengartikan ‘kebudayaan’ dalam spektrum Cultural Studies, oleh karena begitu majemuknya konsep ini yang bisa bertautan dengan

Minggu, 07 Maret 2010

WACANA & IDEOLOGI

Hubungan antara wacana dan ideologi menjadi problematik, karena Foucault menghindari penggunaan kata ideologi berdasarkan tiga alasan : (1) menyetujui ideologi sebagai kesadaran palsu, berarti setuju terdapat kebenaran di luar kerangka diskursif, yang bagi Foucault tidak mungkin, karena segala pengetahuan berada di dalam formasi diskursif; (2) ideologi mengacu kepada subyek sebagai sumber makna, yang juga telah ditolaknya, karena subyek tidak independen, tapi merupakan konstruksi hubungan-hubungan kuasa; (3) kuasa-kuasa terhubungkan dan membentuk formasi diskursif melalui suatu proses yang tidak sederhana, karena kuasa tidak dilihat secara negatif, melainkan produktif, yakni bahwa kuasa adalah hubungan-hubungan itu sendiri, sebagai suatu interaksi kompleks, sehingga tidak ada satu kuasa dominan sepenuhnya. Artinya, bagi Foucault, pandangan ideologis yang melihat dikhotomi konflik sebagai yang menindas dan yang tertindas tersingkirkan.

montage (buat bahan presentasi)


Sebuah film yang baik tidak terlepas dari sebuah bentuk fisik-medium, yang berarti elemen tersebut terletak pada isi materi dalam film, sehingga film tersebut menjadi bermutu dan mempunyai soul. Montage digunakan oleh Eisenstein sebagai alat untuk dapat memisahkan film dengan realita dan menjadikannya sebagai sebuah karya seni yang otonom.
The shot is a montage cell) film memiliki materi dasar sama seperti semua bentuk di dunia ini, Eisenstein tidak menganggap frame sebagai meteri dasar dari film, karena sifatnya yang mikroskopik dan cara kerjanya yang lebih kecil dari pada meteri dasar seni lainnya, materi dasar untuk film yang dimaksud Eisenstein adalah sebuah shot, independent shot.