Teori Film

Kamis, 29 April 2010

Sesi ke 7


Wacana/ discourse itu ideologis.
Kita-subjek yang memberi makna terhadap sebuah discourse.
Contoh: morse bermakna bagi seorang subjek, kita yang memberi makna, tetapi morse tersebut ada maknanya buat kita karena kita mengenal sesuatu tentang morse tersebut dalam konteks sebuah wacana. Jadi kita memberi makna dan itu berdasarkan apapun yang kita kenal dari morse tersebut. Wacana ini bisa dikenal oleh setiap orang bisa tidak.

Jumat, 23 April 2010

Ideology (sesi ke-enam dengan Seno GA)

Relasi antara discourse, ideology, dan meaning dalam Cultural Studies

Wacana/discourse adalah himpunan gagasan dan konstruksi budaya yang membentuk kita sebagai sosial subject dalam tatanan konstruksi sosial dan itu menentukan cara kita memandang dan berfikir, hal inilah yang membentuk salah satu aspek dari makna/ meaning. Artinya makna/ meaning tersebut tergantung pada bagaimana cara kita atau subjek memandang sesuatu hal, perkembangannya akan memunculkan wacana dominan dan wacana perlawanan, tentulah hal ini merupakan sesuatu yang bermuara ideologis, oleh karena didalam kajian budaya tidak ada sesuatupun yang tidak memiliki muatan ideologis, karena segala hal tidak ada yang tidak bermakna, dan dalam semua pemaknaan terdapat sebuah kepentingan. Oleh karena berbicara kepentingan (politis) maka ia berada dalam ranah Cultural Studies.

Jumat, 16 April 2010

cultural studies dictionary



Pembahasan mengenai Kajian Budaya akan selalu berujung pada muatan politis, suatu wilayah pendidikan yang multidisipliner atau bahkan pascadisipliner yang mengaburkan batasan batasan dirinya sendiri dengan disiplin ilmu lain. Meski demikian, oleh karena kajian budaya tidak ingin diberi cap sebagai ‘serba bisa apapun juga’ maka kajian budaya berusaha membedakan dirinya sendiri melalui politik yang dilakukannya.
Kajian budaya secara konsisten mengklaim memusatkan perhatiannya pada isu isu kekuasaan, politik, dan kebutuhan perubahan sosial. Dengan demikian Kajian budaya berisikan sekumpulan teori dan pendiriran politik,

Selasa, 13 April 2010

ideology, Hegemony, Power, Discourse, Interpretrasi























Pembahasan tentang politik kebudayaan pada tahun 1970 dan 1980an banyak menggunakan kerangka kosakata yang diambil dari Antonio Gramsci. Meskipun karya karya Gramsci ditulis sebelum karya karya Althusser namun alasan popularitas Gramsci menawarkan pendekatan yang lebih fleksibel dan praktis untuk memahami karakter dan cara kerja Kajian budaya. Pemikirannya bisa dibilang terpicu dari Marxist (bahwa gagasan gagasan yang dominan dalam masarakat manapun selalu merupakan gagasan gagasan kelas penguasa), pemikirannya selalu lebih mengajak berfikir diluar kelas penguasa atau politik, lebih tepatnya masuk kedalam budaya popular sebuagai situs pergulatan ideologis, bahwa tiap individu pemilik akal sehat yang dihadapkan pada budaya popular dimana setiap orang mengatur kehidupan dan pengalaman mereka. Hal ini merupakan salah satu pemikirannya ketika ia mengkaji mengapa para petani dan kaum buruh di Italia begitu cepat dan kuatnya memilih Fasisme.