Teori Film

Sabtu, 01 Juni 2013

my masterpiece -2.



ABSTRAK
Film menjadi sebuah seni melalui style atau perangkat teknis yang bekerja pada medium film. Hal ini terlihat sejak era tradisi klasik dalam sinema, bahwa film memiliki konsep yang  mampu berdiri sendiri tanpa melibatkan faktor lain untuk menjadikan film sebagai seni.
Seiring pekembangannya, style tidak lagi dianggap krusial untuk membicarakan film sebagai seni. Masuknya film bersuara di era 1930-an menjadikan wacana tentang film seakan beralih kiblat pada kekuatan naratif.  Melalui konsep naratif menjadikan film dilirik berbagai bidang keilmuan, sebuah hal yang sangat berpengaruh, bagaimana film menjadi disiplin ilmu yang bisa dianalisis dari berbagai persfektif keilmuan.
Dengan beralasan film merupakan hasil dari perpaduan banyak ilmu –teknologi, estetika, sosiologi, sastra, dan lain sebagainya, menjadikan style sebagai ranah analisis ilmu-ilmu sosial dengan beragam metode pendekatan, seperti semiotika, psikoanalisis, dan berbagai macam pendekatan lainnya. Efeknya, analisis style  bersifat subjektif sebagai ‘ajang pembuktian diri’. Padahal sebagai bagian sebuah disiplin ilmu,  analisis style sudah seharusnya menghormati kaidah-kaidah ilmiah yang objektif, rasional, terukur, empiris dan sistematis.
Melalui skripsi ini, penulis mengaplikasikan Statistical Style Analysis sebuah pendekatan yang menunjukkan bahwa esensi film memiliki kaidah-kaidah  ilmiah tersebut.


    BAB I
PENDAHULUAN

Analisis film merupakan sebuah kegiatan konstruktif untuk mencari tahu berbagai hal tentang film, baik kegiatan didalam  medium  film itu sendiri ataupun faktor lain di luar konten film. Oleh karena film merupakan ‘interaksi’ antara pembuat dengan penontonnya, sehingga  analisis film diperlukan dan  merupakan  salah  satu cara dalam teori film untuk mengungkapkan interaksi tersebut.
Sejarah sinema berperan  penting dalam  perkembangan  teori  film, yang menjadikan film lebih fleksibel untuk  dikaji dari berbagai sudut keilmuan. Di era 1950-an dua arus pemikiran pengetahuan Structuralist dan Post- Structuralist begitu kuat  mempengaruhi hampir seluruh bidang keilmuan termasuk  teori film, dan cara menganalisanya.

 Dalam perkembangannya, analisis film cenderung  menggunakan  pendekatan ilmu-ilmu sosial.
 Namun ketidak stabilan teori-teori sosial dalam mengkaji film  menyebabkan kecenderungan  pada analisis style bersifat  subjektif, dan interpretasi yang dihasilkan tidak memiliki konsistensi dan sulit diukur tingkat validitasnya.
Hal  ini  dianggap berseberangan  dengan esensi film itu sendiri, oleh karena film memiliki elemen  style yang bersifat teknis, empiris dan valid, yang mampu menjadikan film sebagai seni ke-tujuh.
Maka sudah seharusnya analisis film itu  menggunakan metode ilmiah  yang objektif, rasional, empiris dan sistematis melalui perangkat-perangkat kajian yang lebih stabil, sebab film tidak sekedar dilihat sebagai sebuah  fenomena sosial budaya semata.

1.1. Latar Belakang
Sejak teori-teori yang berada dalam ranah  ilmu sosial dan seni lainnya masuk dalam  kajian sinema sebagai sebuah konvensi analisis, penelitian film semakin beragam. Teori-teori sosial dalam kajian sinema pada akhirnya juga dikenal sebagai teori film dengan pendekatan, seperti teori linguistik, teori semiotik, ataupun teori psikoanalisis. Setidaknya sejak tahun 1960-an, antusiasme penelitian tentang film mulai berkembang. Fleksibilitas teori-teori ini pula membuatnya mudah diaplikasikan dalam berbagai analisis sinema seperti analisis genre, analisis naratif  dan tidak terkecuali analisis style,  yang akan menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Perbedaan dari berbagai bentuk analisis film di atas tentunya adalah metode analisis yang digunakan dan  hasil analisis yang didapatkan. Jika film adalah sebuah ilmu pengetahuan maka sudah sewajarnya ia memiliki sesuatu yang empiris, terukur, dan bersifat objektif, di mana film style adalah gerbang menuju hal yang dimaksud.
Analisis style merupakan sebuah  upaya reviewer menganalisis elemen  style sebuah film melalui pendekatan teori tertentu. Style sendiri dikenal sebagai teknik yang digunakan oleh sutradara atau pembuat film dalam memberikan makna atau nilai dalam filmnya.  Hal ini mencakup setiap aspek dalam pembuatan film seperti mise en scene, sinematografi, editing, dan suara. Style film sendiri sudah menjadi identititas sinema pada umumnya dan merupakan salah satu bentuk estetika atas seni yang dianutnya.
Alasan pemilihan analisis style pada skripsi ini dikarenakan style merupakan gerbang yang paling kongkrit dalam melihat atau menonton sebuah film. Ketika kita melihat sebuah film, maka yang tersaji secara gamblang adalah unsur-unsur dari style tersebut. Sehingga dalam memaknai atau menganalisa sebuah film, hal ini menjadi sangat penting, selain itu elemen style memiliki bahasa  teknis yang tidak semua  orang memahaminya dengan baik, maka faktor-faktor inilah yang menjadi acuan penulis untuk memilih analisis style sebagai bentuk penelitian.
Analisis style sama seperti analisis sinema lainnya, lazim menggunakan teori-teori film yang berasal dari ranah ilmu sosial. Teori-teori yang diadaptasi dari ilmu sosial dan psikologi dan seni lainnya yang berkembang saat ini seperti auteur atau author, linguistik, semiotika, Marxism, dan psikoanalisis berupaya untuk melihat film secara sosial dan ideologis, menganalisis apa yang menjadi representasi dalam film baik dari segi style maupun narasinya, lalu mencari pola hubungannya dengan konsep sosial-politis (biasanya yang dianut oleh peneliti film itu sendiri).
Faktor berkembangnya cultural studies yang merupakan bagian dari tradisi Structuralist dan  Post- Structuralist dianggap memberikan dampak di mana film dilihat sebagai produk kultural ideologis dari gejala modernitas, yang tidak bisa lepas dari kapitalisme, industrialisme, budaya urban, dan massa yang tersentralisasi[1].
Dalam analisis style, unsur-unsur film dalam style dijadikan objek analisis untuk mencari makna dan hubungan film dengan pola realitas yang ada. Yang menjadi persoalan kemudian, meski teori-teori tersebut memiliki metodelogi dan pendekatan yang cukup jelas dalam analisis style, namun interpretasi –dalam penelitian ilmiah – memiliki persoalan yang cukup kompleks. Kelemahan utamanya terdapat pada persepsi yang digunakan sebagai alat dalam menganalisa diragukan objektifitasnya.
Dalam pendekatan ilmiah –Positivisme- interpretasi subjektif dalam penelitian tidak memiliki bukti empirik yang dapat mendukung kebenaran hipotesisnya. Sehingga hasil yang ditemukan hanyalah berupa asumsi-asumsi yang dapat sewaktu-waktu dibantahkan bahkan dimentahkan kembali.
Analisis  style dengan pendekatan  teori-teori sosial dianggap tidak stabil, di mana subjektifitas dalam interpretasi tidak memiliki konsistensi dan sulit diukur tingkat validitasnya. Padahal sebagai bagian sebuah disiplin ilmu, analisis style sudah seharusnya menghormati kaidah-kaidah ilmiah yang objektif, rasional, empiris dan sistematis. Sayangnya, teori-teori film yang ditawarkan dalam kajian sinema tidak memenuhi kaidah ilmiah tersebut.
Merujuk pada pernyataan Sergei Eisentein yang menyebut style merupakan sesuatu yang paling mudah diidentifikasi dalam film, sehingga dapat disimpulkan bahwa style merupakan unsur yang paling empiris dari sebuah film. Karenanya, melalui analisis style inilah kaidah ilmiah dapat diterapkan dalam kajian film.
Adalah Barry Salt, seorang sejarawan dan praktisi sinema kebangsaan Australia memperkenalkan pendekatan yang lebih ilmiah dalam analisis style. Metode yang digunakan adalah statistik. Statistik digunakan untuk mengukur elemen style  ke dalam grafik-grafik angka untuk kemudian digeneralkan. Pendekatan Barry Salt ini kemudian dikenal Statistical Style Analysis atau Stylometry yang dipublikasikan oleh Salt sekitar tahun 1970-an.
Menurut Barry Salt, metode statistik pada pendekatannya memiliki tiga tujuan utama yaitu:[2]

1.    Menawarkan analisis style dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
2.    Menghindari sengketa teks.
3.    Untuk mengidentifikasi kronologis film ketika adegan atau urutan komposisi tidak jelas atau tidak runut.
Dengan memasukkan statistik sebagai alat analisisnya, Barry Salt berhasil menghindari hubungan antara style dan tema sebuah film, sesuatu yang menjadi fokus pada teori sebelumnya yang ’mati-matian’ membantah asumsi bahwa tampilan scene atau mise en scene dalam sebuah film hanya keperluan estetika semata.
Meski telah diperkenalkan  hampir tiga dekade yang lalu,  analisis style Barry Salt ini masih kalah populer dibanding analisis style pengaruh cultural studies. Kondisi ini juga terjadi pada kajian film di Indonesia, pendekatan statistik masih terasa asing bahkan mungkin belum pernah digunakan. Penelitian film di Indonesia masih didominasi oleh teori-teori sosial yang berada pada ranah paradigma kualitatif  sementara Statistical Style Analysis memijakkan dirinya pada  paradigma kuantitatif. Lebih lanjut, perlu ditegaskan bahwa penulis di sini tidak akan membahas lebih jauh paradigma kuantitatif dan kualitatif.
Walaupun terkesan masih asing bagi dunia kajian sinema namun pendekatan Barry Salt sangat menarik perhatian penulis dan patut untuk diaplikasikan dalam film-film Indonesia. Karena itu, pada penelitian kali ini, penulis ingin mengaplikasikan Statistical Style Analysis-Barry Salt untuk menganalisis film-film Indonesia.

I.2. Ruang Lingkup
   Di Indonesia, Kajian sinema sendiri mengalami nasib yang serupa di mana penelitian film masih didominasi oleh pendekatan-pendekatan kualitatif. Hal ini menjadikan penulis sangat antusias mengaplikasikan pendekatan Statistical Style Analysis-Barry Salt ke dalam kajian sinema Indonesia. Bukan saja terbilang baru, pendekatan Salt ini juga merupakan satu alternatif  lain dalam  analisis  style  di mana pendekatan statistik sangat jarang digunakan dalam kajian sinema itu sendiri.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin mengaplikasikan Statistical Style Analysis kepada film-film karya sutradara Chaerul Umam.  Berbeda dengan generasi sutradara  akademisi seperti Garin Nugroho atau Riri Riza  yang memang mempelajari film secara formal. Chaerul Umam merupakan salah satu dari generasi ekspansi di mana tahun 1970-an banyak praktisi teater beralih profesi menjadi pekerja film. Pengetahuannya mengenai film mulai dari estetika sampai pada teknis didapatnya secara otodidak melalui Teater. Namun secara kualitas kita tidak bisa mengklaim salah satunya lebih baik, kita mungkin kita hanya bisa mengatakan generasi akademis seperti Garin Nugroho atau Riri Riza memiliki selera estetitis yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Terlepas dari banyaknya penelitian yang membahas film-film sutradara dari generasi akademisi, penulis mencoba beralih pada objek yang lebih berbeda, melalui generasi ekspansi yang diwakili oleh Chaerul Umam.
Chaerul Umam sendiri memulai kariernya sebagai sutradara pada tahun 1975 dengan film perdananya berjudul Tiga Sekawan. Kesuksesan Al Kautsar (1977) membuatnya menjadi salah satu sutradara yang diperhitungkan. Film Al Kautsar berhasil meraih penghargaan FFA XXIII Bangkok 1977 untuk Tata Suara terbaik[3]. Sejak saat itu ia sering kali diindentikkan dengan film-film Islami, selain itu ia juga dikenal sebagai sutradara dengan film-filmnya yang sopan dalam artian dia menolak untuk menyutradarai film-film yang berbau seks baik yang bergenre komedi maupun horor. Bahkan ketika menyutradari film Sama Juga Bohong (1986) yang dibintangi Warkop DKI, Chaerul Umam berhasil menyingkirkan kesan Warkop sebelumnya dengan lebih menguatkan pada alur narasi dan penceritaan dibanding menarik penonton dengan visual perempuan-perempuan seksi.
Hingga kini dia masih mempertahankan idealitasnya terhadap sinema Islami ketika menyutradarai sinetron di TV swasta periode tahun 1998-2000, sampai film terakhirnya yang diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama Ketika Cinta Bertasbih I dan II (2000-2001).
Sejak 1975 hingga 2001 terdapat 22 film yang telah Chaerul Umam produksi. 20 diantaranya tercatat dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005. Ke-22 film Chaerul Umam tersebut adalah  :
1.      Tiga Sekawan (1975)
2.      Al Kautsar (1977)
3.      Cinta Putih (1977)
4.      Sepasang Merpati (1979)
5.      Betapa Damai Hati Kami (1981)
6.      Gadis Marathon (1981)
7.      Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8.      Hati Yang Perawan (1984)
9.      Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
10.  Bintang Kejora (1986)
11.  Sama Juga Bohong (1986)
12.  Terang Bulan Di Tengah Hari (1988)
13.  Joe Turun Ke Desa (1989)
14.  Malioboro (1989)
15.  Boss Carmad (1990)
16.  Jangan Bilang Siapa-siapa (1990)
17.  Om Pasikom (1990)
18.  Nada dan Dakwah (1991)
19.  Ramadhan dan Ramona (1992)
20.  Fatahillah (1997)
21.  Ketika Cinta Bertasbih I (2009)
22.  Ketika Cinta Bertasbih II (2010)
Berhasil melewati tiga dekade berkarya Chaerul Umam terbilang masih produktif dibanding sutradara-sutradara seangkatannya.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin mengaplikasikan metode Statistical Style Analysis yang diperkenalkan oleh Barry Salt untuk menganalisa atau mengukur style film-film Chaerul Umam. Melalui pendekatan tersebut diharapkan kita dapat melihat bagaimana perubahan style Chaerul Umam dari setiap periode karirnya. Oleh karena itu penulis mengajukan penelitian ini dengan judul :


“ Aplikasi Statistik Dalam Analisis  Film-Style, Studi Kasus Film  Chaerul Umam”

I.3. Rumusan Masalah
Adapun  masalah dalam penelitian ini antara lain :
1.    Apakah yang dimaksud dengan analisis statistik dalam film menurut teori Barry Salt ?
2.    Bagaimanakah sistem kerja dan pengaplikasian metode statistik tersebut ?
3.    Bagaimana evaluasi dari hasil penelitian film menggunakan metode statistik dengan studi kasus film Chaerul Umam?
I.4. Tujuan Penelitian
Sebagai disiplin ilmu, analisis atau kajian film sudah seharusnya dapat memberikan sesuatu yang lebih ilmiah, objektif dan terukur. Penelitian ini merupakan  upaya memberikan alternatif lain yang lebih ilmiah ke dalam penelitian film, bukan sekedar kontruksi manipulatif yang selalu mangkaitkan  konteks film dengan realitas di luar dirinya yang merupakan hasil pengalaman subjektif peneliti sebelumnya. Dengan demikian kita bisa menempatkan kajian film sejajar dengan kajian ilmu-ilmu sosial lainnya, dengan metode tersendiri.

I.5. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin menyajikan style film  Chaerul Umam  pada awal kariernya sebagai sutradara sejak tahun 1975 hingga karyanya yang terbaru di tahun 2010. Materi uji dari style  ini didapatkan dari pengambilan dan penghitungan elemen shot dalam film sampel yang penulis ambil per-dekade setiap karya Chaerul Umam.
Selanjutnya hasil-hasil tersebut akan dipersentasekan untuk lebih lanjut dievaluasi sebagai  style atau  karakter film Chaerul Umam. Perbedaan yang terdapat pada style filmnya dapat disimpulkan sebagai   bagian dari  transformasi  style Chaerul Umam selama kurun 40 tahun masa karirnya sebagai sutradara.
A. Rancangan Penelitian
Untuk mengetahui style Chaerul Umam dalam film-filmnya, penulis melakukan penelitian dengan cara mencari literatur film-film Chaerul Umam pada mulai 1975 hingga 2010.
 Selanjutnya data-data tersebut tersebut penulis pisahkan  dan mengambil masing-masing satu judul film yang diproduksi setiap dekade dimulai dari 1970-an hingga produksi terakhirnya di tahun 2000-an sebagai bahan/sampel yang akan penulis bongkar dan sesuaikan dengan tujuan penelitian.

B. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)
Populasi  merupakan   keseluruhan elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian populasi tidak hanya berkenaan dengan ’siapa’ tetapi juga berkenaan dengan ’apa’.
Istilah elemen, unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk pada ’siapa’ yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran dan inferensi akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada ’apa’ yang akan diteliti. ’Apa’ yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu ’data apa’ tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.[4]
Berbagai  penelusuran telah dilakukan, dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005 penulis menemukan 20 film karya Chaerul Umam yang dibuat pada periode 1970-1990-an. Penulis juga menemukan 2 film yang diproduksi periode tahun 2000-an jadi total film Chaerul Umam yang telah diproduksi adalah 22 film. Maka 22 film ini selanjutnya akan disebut  sebagai populasi dalam penelitian ini. Adapun  populasi dalam penelitian ini adalah :

1.      Tiga Sekawan (1975)
2.      Al Kautsar (1977)
3.      Cinta Putih (1977)
4.      Sepasang Merpati (1979)
5.      Betapa Damai Hati Kami (1981)
6.      Gadis Marathon (1981)
7.      Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8.      Hati Yang Perawan (1984)
9.      Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
10.  Bintang Kejora (1986)
11.  Sama Juga Bohong (1986)
12.  Terang Bulan Di Tengah Hari (1988)
13.  Joe Turun Ke Desa (1989)
14.  Malioboro (1989)
15.  Boss Carmad (1990)
16.  Jangan Bilang Siapa-siapa (1990)
17.  Om Pasikom (1990)
18.  Nada dan Dakwah (1991)
19.  Ramadhan dan Ramona (1992)
20.  Fatahillah (1997)
21.  Ketika Cinta Bertasbih I   (2009)
22.  Ketika Cinta Bertasbih II (2010)
Selanjutnya, dari ke-22 populasi yang telah ditemukan penulis menentukan sampel yang akan digunakan sebagai objek penelitian. Sampel akan penulis pilih melalui pemilihan film-film per-dekade. Dengan asumsi bahwa setiap satu film akan menjadi perwakilan dari dekade diproduksinya film tersebut, ini juga akan menjadi penanda style Chaerul Umam pada tahun yang bersangkutan.  Pengolahan sampel ini  dilakukan untuk memudahkan penulis mengidentifikasi film secara historis dan teknologi yang digunakan.
Adapun kriteria film sampel akan dipilih sesuai dengan persamaan-persamaan yang terdapat pada genre dan tema yang diangkat per-dekade Chaerul Umam berkarya. Hal ini bertujuan agar memudahkan penulis untuk mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur. Untuk itu penulis memetakan film-film Chaerul Umam ke dalam tiga kriteria sesuai genrenya yaitu
1.      Religius : Al Kautsar (1977),  Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982), Nada dan Dakwah (1992), Fatahillah (1997), Ketika Cinta Bertasbih I (2009), Ketika Cinta Bertasbih II (2010).
2.      Komedi : Tiga Sekawan (1975), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Sama Juga Bohong (1986), Bintang Kejora (1986), Joe Turun Ke Desa (1989), Om Pasikom (1990), Jangan Bilang Siapa-siapa (1990).

3.      Drama : Cinta Putih (1977), Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989), Boss Carmad (1990), Ramadhan dan Ramona (1992).
Secara statistik, film-film Chaerul Umam berdasarkan genre-nya dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar 1. Persentase film Chaerul Umam
tema drama; 36,36 %
tema komedi; 31,81%  
tema religi; 27,27 %
 


Dari diagram di atas kita dapat lihat persentase film-film Chaerul Umam dilihat dari genre filmnya. Genre drama merupakan film dengan judul terbanyak dari karya-karya Chaerul Umam sebesar 36.36% atau 8 judul. Kemudian komedi dengan persentase 31.81% atau 7 judul film dan yang terkecil adalah genre religi dengan persentase 27.27% atau 6 judul film.
Selanjutnya untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, maka penulis kembali membagi film-film Chaerul Umam sesuai dekade (per-10 tahun), genre dan judul film. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Periode
Genre film
Judul Film
1970-an
Drama
Komedi
Religi
Cinta Putih (1977), Sepasang Merpati (1979)
Tiga Sekawan (1975),
Al Kautsar (1977)
1980-an
Drama


Komedi

Religi
Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989)
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Bintang Kejora (1986), Sama Juga Bohong (1986), Joe Turun Ke Desa (1989)
Tiitian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
1990-an
Drama
Komedi
Religi
Boss Carmad (1990), Ramadhan dan Ramona (1992)
Jangan Bilang Siapa-siapa (1990), Om Pasikom (1990)
Nada Dan Dakwah (1991), Fatahillah (1997)

2000-an
Drama
Komedi
Religi
-
-
Ketika Cinta Bertasbih I (2009)
Ketika Cinta Bertasbih II (2010)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa setiap periode karya Chaerul Umam tidak melahirkan genre film yang sama. Periode tahun 2000-an tampak pada tabel genre drama dan komedi kosong, sehingga dua genre tersebut tidak dapat dikomparasikan dengan film yang lain dari tiga periode sebelumnya (1970, 1980, 1990). Sehingga sampel yang tepat untuk penelitian ini adalah film-film Chaerul Umam adalah genre religi, Ini dapat dilihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa setiap periode karir Chaerul Umam pasti mengeluarkan satu atau dua film religi.
Meski berada pada persentase terkecil dari film-film Chaerul Umam, penulis melihat Chaerul Umam konsisten dalam memproduksi film bergenre religi setiap periode karirnya.
 Adapun persamaan tema atau genre dari sampel yang penulis pilih akan memudahkan penulis untuk mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur nantinya. Karena itu penulis memilih film-film Chaerul Umam dengan genre religi sebagai sampel atau objek penelitian untuk mengungkap atau mengevaluasi style Chaerul Umam secara statistik. Adapun film-film tersebut adalah :
1. Al Kautsar mewakili periode 1970-an.
2. Titian Serambut Dibelah Tujuh mewakili periode 1980-an.
3. Nada dan Dakwah mewakili periode 1990-an.
4. Ketika Cinta Bertasbih I mewakili periode 2000-an.


C. Pengumpulan Data
Penelitian ini akan memakan waktu sekitar 12 hingga 18 bulan untuk merampungkan data serta menganalisis data-data yang telah dikumpulkan.

D. Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan akan menggunakan Statistical Style Analysis yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Ide dasar di balik metode ini adalah metode analisis statistik, bahwa setiap bentuk film terasa berbeda dari satu ke yang lain, metode semacam ini memberikan berbagai dinamika variabel yang berfungsi  untuk mendeteksi seperti apa desain dari style yang ditampilkan.
Selain hal tersebut metode ini bertujuan sebagai komparasi terhadap satu film dengan film lainnya. Film tidak hanya terpaku pada persoalan  naratif,  karena ada bagian-bagian yang jelas lebih konkrit yang bisa dijadikan ‘barang bukti’ untuk memaknai sebuah pemahaman akan konsep film, proses ini disebut penarikan sampel.




I.6. sistemetika penulisan
Skripsi ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
-          Judul Skripsi
-          Lembar Pengesahan
-          Prakata
-          Daftar Isi

BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang persoalan, rumusan masalah, signifikansi, tujuan, metode penelitian dan sistematika penelitian. Dalam bab ini pula dibahas tentang informasi-informasi dasar tentang Statistical Style Analysis  serta objek penelitian yang diambil dalam skripsi ini.
BAB II. METODE STATISTICAL STYLE ANALYSIS 
Bab ini akan membahas tentang teori Statistical Style Analysis atau Stylometry  yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Hal-hal yang apa saja yang  melatar belakangi teori ini hadir dan bagaimana metode analisa yang ditawarkan oleh Barry Salt.
BAB III. ANALISIS STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab ini akan berkonsentrasi pada analisis style film-film Chaerul Umam melalui unsur-unsur sinematografi antara lain shot length, durasi masing-masing film sampel, komposisi atau shot scale, dan camera work-camera movement,
BAB IV. ANALISIS DATA DAN EVALUASI STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab ini akan membahas lebih lanjut hasil-hasil analisis bab sebelumnya serta melakukan evaluasi terhadap data-data yang telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya, serta hal hal yang berkenaan didalamnya
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan akan berisi hal-hal yang dianggap penting yang telah menjadi hasil dari penelitian ini.  Selain itu, bab ini juga akan mencakup pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab melalui penelitian yang dilakukan dan yang akan menjadi sarana bagi penelitian-penelitian baru di masa yang akan datang.



[1] Dyer, Richard.  The Oxford Guide to Film Studies, hal 6.
[2] Elsaesser, Thomas dan Warren Buckland, Studying Contemporary American Film; A Guide To Movie Analysis, Hal. 103
[3] JB Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-2005, hal. 145
[4] Bungin, Burhan, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta: Kencana,2010.

0 komentar:

Posting Komentar