Teori Film

Rabu, 05 September 2012

Kuantitatif VS kualitatif



BAB I
PENDAHULUAN

Dalam dunia penelitian, terdapat dua metodelogy yang menjadi arus utama yaitu kualitatif dan kuantitaif. Keduanya berasal dari paradigma ilmu yang berbeda, kualitatif berasal dari paradigma interpretif atau fenomenologi merupakan tradisi dalam kajian-kajian ilmu sosial. Sedangkan kuantitatif berasal dari paradigma positivisme yang banyak digunakan dalam kajian-kajian sains.
Paradigma interpretatif semakin gencar dan berkembang di tahun 1960an dengan munculnya teori kritis. Teori ini berhubungan erat dengan teori-teroi marxis yang diperkenalkan oleh mazhab Frankfurt yang juga  merupakan bapak dari neo-marxisme Jerman. Paradigma ini dianggap sebagai titik balik dunia penelitian, dimana para penggagas metode penelitian kualitatif beranggapan bagaimana mungkin penganut paradigma positivistik yang menitikberatkan pada realitas empirik mampu menggali makna yang bersifat abstrak. Kegelisahan tersebut dijawab dengan menciptakan cara pandang dan metode lain untuk mengungkap persoalan kehidupan sosial. Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan memahami perilaku terpola (patterned behaviors) dan proses-proses sosial di masyarakat[1].
Karena berasal dari pengamatan tentang fenomena yang terjadi di masyarakat (fenomenology) dan landasan interpretatif maka hasil-hasil penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisir dan hanya berlaku di tempat penelitian diadakan. Satu hal yang menjadi kelemahan dalam penelitian kualitatif. Dalam sudut pandang positivis (kuantitatif), metode yang digunakan dalam kualitatif menyalahi kaidah-kaidah sains yaitu, logis, rasional, empiris, objektif, sistematis dan hasilnya bersifat universal (dapat digenaralisir). Selain itu, menurut pandangan positivis kriteria ‘ilmu’ dapat dilihat dari kemampuan merumuskan dalil atau hukum sehingga dapat dibuat generalisasi dan memprediksi masa depan. Karenanya cabang ilmu sosial tidak dapat dikategorikan sebagai ‘ilmu;’ karena ketidak mampuannya merumuaskan dalil atau hukum.
Dikotomi kedua paradigma tersebut telah menjadi perdebatan panjang dalam dunia penelitian. Usaha untuk mengakurkan keduanya dilakukan oleh aliran neo-kantian. Aliran ini berpendapat bahwa kedua pendekatan tersebut bersifat generik, berdiri sejajar dan memiliki otonomi sendiri sehingga tidak berhak satu sama lain saling menghakimi. Selain itu, harus diakui penerapan kedua ilmu (ilmu alam/sains dan ilmu sosial) tersebut dapat menggunakan pendekatan baik kualitatif maupun kuantitatif. Statistik merupakan jembatan yang menghubungan antara ilmu sosial dengan paradigma positivis. Statistik sendiri dikenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengumpulan, menganalisis dan menginterpretasikan data, dengan kata lain statistik merupakan alat untuk melakukan riset empiris.
Pendekatan statistik dalam kajian sinema pertamakali diperkenalkan oleh seorang sejarawan dan praktisi film bernama Barry Salt (1968), pendekatan tersebut populer dengan nama Statistical style analysis[2]. Meski pendekatan statistik sebelumnya banyak digunakan dalam kajian sinema seperti survei tingkat kepuasan penonton dll, namun Salt yang memperkenalkan pendekatan statistik dengan menggunakan istilah-istilah teknis dalam pembuatan film seperti camera movement, long shot, close up, dll.
Metode statistik dalam kajian sinema menjadikan penelitian film menjadi lebih sistematis, terukur dan lebih objektif. Analisis style kuantitatif di sini melibatkan statistik baik secara deskriptif dan inferensial. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan jumlah dan frekuensi data parameter formal sutradara  kemudian diwakilkan ke dalam grafik, persentase, dan rata-rata panjang tiap shot (ASL). Pendekatan statistik dalam penelitian film  memberikan hasil secara visual angka-angka yang lebih jelas dan sistematis. Statistical style analysis sendiri secara spesifik memiliki 3 tujuan standar, yaitu:
1.      Menawarkan analisis style dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
2.      Menghindari sengketa teks yang berkaitan dengan atribut kepenulisan
3.      Untuk mengidentifikasi kronologis film ketika adegan atau urutan komposisi tidak jelas atau tidak runut.[3]
Dengan memasukkan statistik sebagai alat analisanya, Salt berhasil menghindari hubungannya antara style dan tema sebuah film, sesuatu yang menjadi fokus pada teori sebelumnya yang ’mati-matian’ membantah asumsi bahwa tampilan scene dalam sebuah film (gerakan kamera, tata cahaya, dll) hanya keperluan estetika semata[4].
Analisis style dalam pendekatan statistik menunjuk satu set pola terukur yang secara signifikan menyimpang dari norma kontekstual film. Tujuannya adalah mengindetifikasi style individu sutradara dengan mengumpulkan data parameter formal secara sistematis terutama yang berada dalam kendali langsung sutradara seperti Duration of the shot (termasuk  panjang rata-rata per-shot, atau  Average shot length/ASL),  Shot scale,  Camera movement.[5]
Dalam teorinya, Salt merujuk style kepada satu set pola terukur yang signifikan dan menyimpang dari norma-norma kontekstual. Ia menggambarkan style seorang sutradara merupakan parameter formal mereka yang tersistematis dalam filmnya. Ia kemudian merepresentasekan parameter formal ini ke dalam grafik batang dan persentase[6]. Secara umum  teori Salt menggunakan unsur Mise-en-scene sebagai data yang akan dianalisa.
Dalam konteks Indonesia, kajian sinema masih terbilang baru. Diperkenalkan sekitar tahun 1980an, kajian sinema di Indonesia banyak di pengaruhi oleh cultural studies seperti semiotika, feminisme, psikoanalisis dll, dimana ranah penelitiannya masih didominasi oleh pendekatan kualitatif, hingga kini. Cultural studies sendiri merupakan salah satu fokus kritik Salt terhadap teori-teori film yang berkembang belakangan. Pendekatan yang ditawarkan Salt mungkin masih asing dalam kajian sinema di tanah air menjadikan penulis sangat antusias menerapkannya dalam kajian sinema Indonesia.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin mengaplikasikan Statistical style analysis kepada film-film karya sutradara Chaerul Umam. Berbeda dengan generasi sutradara akademisi seperti Garin Nugroho yang memang mempelajari film secara formal, Chaerul Umam merupakan salah satu dari generasi ekspansi di mana tahun 1970an banyak praktisi teater beralih profesi menjadi pekerja film. Pengetahuannya mengenai film mulai dari estetika sampai pada teknis didapatnya secara otodidak, namun secara kualitas kita tidak bisa mengklaim salah satunya lebih baik kita mungkin kita hanya bisa mengatakan generasi akademis seperti Garin memiliki selera estetitis yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Hal tersebut dapat dilihat dari pengangkatan tema dan simbol-simbol yang digunakan keduanya sangat berbeda, yang satu cenderung pada eksperimental dan yang lainnya lebih realis. Namun dalam penelitian kali ini, kita tidak melihat film dari sudut pandang konteks dan teksnya melainkan stylenya. Terlepas dari banyaknya penelitian yang membahas film-film sutradara dari generasi akademisi, penulis mencoba beralih pada objek yang lebih segar dan baru dari generasi ekspansi yang diwakili oleh Chaerul Umam.
Chaerul Umam sendiri memulai kariernya sebagai sutradara pada tahun 1975 dengan film perdananya berjudul tiga sekawan. Kesuksesan Al Kautsar (1977) membuatnya menjadi salah satu sutradara yang diperhitungkan. Film Al Kautsar berhasil meraih penghargaan FFA XXIII Bangkok 1977 untuk tata suara terbaik[7]. Sejak saat itu ia sering kali diindentikkan dengan film-film Islami, selain itu ia juga dikenal sebagai sutradara dengan film-filmnya yang sopan dalam artian dia menolak untuk menyutradarai film-film yang berbau seks baik yang bergenre komedi maupun horor. Bahkan ketika menyutradari film Sama Juga Bohong (1986) yang dibintangi Warkop DKI, Chaerul Umam berhasil menyingkirkan kesan Warkop sebelumnya dengan lebih menguatkan pada alur narasi dan penceritaan dibanding menarik penonton dengan visual perempuan-perempuan seksi.
Hingga kini dia masih mempertahankan idealitasnya terhadap sinema Islami ketika menyutradarai sinetron di TV swasta periode tahun 1998-2000, sampai film terakhirnya yang diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama Ketika Cinta Bertasbih I dan II (2000-2001).
Sejak 1975 hingga 2001 terdapat 22 film yang telah Chaerul Umam produksi. 20 diantaranya tercatat dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005. 22 film Chaerul Umam tersebut adalah  :
1.      Tiga Sekawan (1975)
2.      Al Kautsar (1977)
3.      Cinta Putih (1977)
4.      Sepasang Merpati (1979)
5.      Betapa Damai Hati Kami (1981)
6.      Gadis Marathon (1981)
7.      Tiitian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8.      Hati Yang Perawan (1984)
9.      Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
10.  Bintang Kejora (1986)
11.  Sama Juga Bohong (1986)
12.  Terang Bulan Di Tengah Hari (1988)
13.  Joe Turun Ke Desa (1989)
14.  Malioboro (1989)
15.  Boss Carmad (1990)
16.  Jangan Bilang Siapa-siapa (1990)
17.  Om Pasikom (1990)
18.  Nada Dan Dakwah (1991)
19.  Ramadhan Dan Ramona (1992)
20.  Fatahillah (1997)
21.  Ketika Cinta Bertasbih I (2009)
22.  Ketika Cinta Bertasbih II (2010)
Berhasil melewati tiga dekade berkarya Chaerul Umam terbilang masih produktif dibanding stradara-sutrada seangkatannya. Meski secara style film belum ada yang membahasnya namun secara kasat mata perkembangan style film Indonesia kontemporer lebih sering menggunakan close-up dan medium shot sehingga latar belakang secara luas tidak diperlihatkan[8]. Penekanan pada wajah dan karakter, bukannya pada visual keseluruhan sering diindikasikan sebagai pinjaman dari konvensi sinetron (drama serial) televisi Indonesia yang banyak bercerita tentang kehidupan keluarga kelas menengah dan atas dengan setting rumah-rumah mewah dengan dekor yang berlebihan[9].
Dalam penelitian kali ini, penulis ingin membuktikan apakah style film-film Chaerul Umam mengalami perubahan menjadi apa yang disebut sebagai konvensi sinetron dalam film kontemporer ataukah style film Chaeul Umam cenderung konsisten sejak awal karirnya hingga sekarang. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian sinema dengan menggunakan metode yang ditawarkan Barry Salt yaitu Statistical style analysis. Oleh karena itu penulis mengajukan penelitian ini dengan judul :
Analisis Style Film-Film Chaerul Umam
Dengan Pendekatan Statistical Style Analysis









I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1.      Bagaimanakah style Chaerul Umam secara statistik setiap dekade?
2.      Adakah  perbedaan yang cukup signifikan pada style film Chaerul Umam baik dari mise-en-scene maupun secara statistik?
3.    Bagaimana transformasi style Chaerul Umam pada filmnya?

I.3. Signifikansi Penelitian
Sebagai disiplin ilmu, analisis/kajian film seharusnya dapat memberikan sesuatu yang lebih ilmiah, objektif dan terukur. Penelitian ini merupakan  upaya memberikan alternatif lain yang lebih ilmiah kedalam penelitian film, bukan sekedar  kontruksi manipulatif yang selalu mangkait-kaitkan konteks film dengan realitas diluar dirinya yang merupakan hasil pengalaman subjektif peneliti sebelumnya. Dengan demikian kita bisa menempatkan kajian film sejajar dengan kajian ilmu-ilmu sosial lainnya.

I.4. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin menyajikan style film  Chaerul Umam  pada awal kariernya sebagai sutradara sejak tahun 1970-an hingga karyanya yang terbaru 2010. Style  ini didapatkan dari pengambilan dan penghitungan elemen mise-en-scene dalam film sampel yang penulis ambil per-dekade setiap karya Chaerul Umam.
Selanjutnya hasil-hasil tersebut akan dipersentasekan untuk lebih lanjut digeneralisir sebagai style atau karakter film Chaerul Umam. Perbedaan yang terdapat pada style filmnya dapat disimpulkan sebagai bagian dari transformasi style Chaerul Umam selama lebih 30 tahun masa kariernya.

I.5. Metode Penelitian
A. Rancangan penelitian
Untuk mengetahui style Chaerul Umam dalam film-filmnya, penulis melakukan penelitian dengan cara mencari literatur film-film Chairul Umam pada mulai periode 1970an hingga 2000an.
 Selanjutnya data-data tersebut tersebut penulis pisahkan  dan mengambill masing-masing satu judul film yang diproduksi setiap dekade dimulai dari 1970-an hingga produksi terakhirnya di tahun 2000-an sebagai bahan/sampel yang akan penulis bongkar dan sesuaikan dengan tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)
Populasi merupakan keseluruh elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian populasi tidak hanya berkenaan dengan ”siapa” tetapi juga berkenaan dengan apa. Istilah elemen, unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk pada ”siapa” yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran  dan inferensi akan dilakukan (individu, kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada ”apa” yang akan diteliti. ”Apa” yang diteliti tidak hanya merujuk pada isi, yaitu ”data apa” tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.[10]
Berdasarkan penelusuran telah dilakukan, dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005 penulis menemukan 20 film karya Chaerul Umam yang dibuat pada periode 1970-1990an. Penulis juga menemukan 2 film yang diproduksi periode tahun 2000an jadi total film Chaerul Umam yang telah diproduksi adalah 22 film. Maka 22 film ini selanjutnya akan disebut  sebagai populasi dalam penelitian ini. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah :
1.      Tiga Sekawan (1975)
2.      Al Kautsar (1977)
3.      Cinta Putih (1977)
4.      Sepasang Merpati (1979)
5.      Betapa Damai Hati Kami (1981)
6.      Gadis Marathon (1981)
7.      Tiitian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8.      Hati Yang Perawan (1984)
9.      Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985)
10.  Bintang Kejora (1986)
11.  Sama Juga Bohong (1986)
12.  Terang Bulan Di Tengah Hari (1988)
13.  Joe Turun Ke Desa (1989)
14.  Malioboro (1989)
15.  Boss Camad (1990)
16.  Jangan Bilang Siapa-siapa (1990)
17.  Om Pasikom (1990)
18.  Nada Dan Dakwah (1991)
19.  Ramadhan Dan Ramona (1992)
20.  Fatahillah (1997)
21.  Ketika Cinta Bertasbih I dan
22.  Ketika Cinta Bertasbih II
Selanjutnya, dari ke-22 populasi yang telah ditemukan penulis menentukan sampel yang akan digunakan sebagai objek penelitian. Sampel akan penulis pilih melalui pemilihan film-film per-dekade. Dengan asumsi bahwa setiap satu film akan menjadi perwakilan dari dekade diproduksinya film tersebut, ini juga akan menjadi penanda style Chaerul Umam pada tahun yang bersangkutan.  Hal ini juga agar memudahkan penulis mengidentifikasi film secara historis dan teknologi yang digunakan.
Adapun kriteria film sampel akan dipilih sesuai dengan persamaan-persamaan yang terdapat pada gendre dan tema yang diangkat per dekade chaerul umam berkarya. Hal ini bertujuan agar memudahkan penulis untuk mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur. Untuk itu penulis memetakan film-film Chaerul Umam kedalam tiga kriteria sesuai gendrenya yaitu
1.      Religius : Al Kautsar (1977),  Titian Serambut Dibelah Tujuh (1982), Nada dan Dakwah (1992), Fatahillah (1997), Ketika Cinta Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih II (2010).
2.      Komedi : Tiga Sekawan (1975), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Sama Juga Bohong (1986), Bintang Kejora (1986), Joe Turun Ke Desa (1989), Om Pasikom (1990), Jangan Bilang Siapa-siapa (1990).
3.      Drama : Cinta Putih (1977), Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989), Boss Carmad (1990), Ramadhan dan Ramona (1992).
Secara statistik, film-film Chaerul Umam berdasarkan gendre-nya dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar 1. Persentase film Chaerul Umam
36.36%
27.27%
31.81%

Dari diagram diatas kita dapat lihat persentase film-film Chaerul Umam dilihat dari genre filmnya. Gendre drama merupakan film dengan judul terbanyak dari karya-karya Chaerul Umam sebesar 36.36% atau sekira 8 judul. Kemudian komedi dengan persentase 31.81% atau 7 judul film dan yang terkecil adalah gendre religi dengan persentase 27.27% atau sekira 6 judul film.
Selanjutnya untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, maka penulis kembali membagi film-film Chaerul Umam sesuai dekade (per 10 tahun), gendre dan judul film. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Periode
Gendre film
Judul Film
1970-an
Drama
Komedi
Religi
Cinta Putih (1977), Sepasang Merpati (1979)
Tiga Sekawan (1975),
Al Kautsar (1977)
1980-an
Drama


Komedi

Religi
Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989)
Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Bintang Kejora (1986), Sama Juga Bohong (1986), Joe Turun Ke Desa (1989)
Tiitian Serambut Dibelah Tujuh (1982)
1990-an
Drama

Komedi
Religi
Boss Carmad (1990), Ramadhan Dan Ramona (1992)
Jangan Bilang Siapa-siapa (1990), Om Pasikom (1990)
Nada Dan Dakwah (1991), Fatahillah (1997)
2000-an
Drama
Komedi
Religi
-
-
Ketika Cinta Bertasbih I (2000), Ketika Cinta Bertasbih (2001)

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa setiap periode karya Caherul Umam tidak melahirkan gendre film yang sama. Periode tahun 2000-an tampak pada tabel gendre drama dan komedi kosong, sehingga dua gendre tersebut tidak dapat dikomparasikan dengan film yang lain dari tiga periode sebelumnya (1970, 1980, 1990). Sehingga sampel yang tepat untuk penelitian ini adalah film-film Chaerul Umam adalah gendre religi, Ini dapat dilihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa setiap periode karir Chaerul Umam pasti mengeluarkan satu atau dua film religi.
Meski berada pada persentase terkecil dari film-film caherul umam, penulis melihat Chaerul Umam konsisten dalam memproduksi film bergendre religi setiap periode karirnya.  Adapun persamaan tema/gendre sampel yang penulis pilih akan memudahkan penulis untuk mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur nantinya. Karena itu penulis memilih film-film Chaerul Umam yang bergendra religi sebagai sampel atau objek penelitian untuk mengungkap style Chaerul Umam secara statistik. Adapun film-film tersebut adalah :
1. Al Kautsar mewakili periode 1970an
2. Titian Serambut Dibelah Tujuh mewakili periode 1980an
3. Nada dan Dakwah mewakili periode 1990an
4. Ketika Cinta Bertasbih I mewakili periode 2000an
C. Pengumpulan Data
Penelitian ini akan memakan waktu sekitar empat  hingga enam  bulan untuk merampungkan data serta menganalisis data-data yang telah dikumpulkan.
            D. Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan akan menggunakan Statistical Style Analysis yang diperkenalkan oleh Barry salt. Ide dasar dibalik metode ini adalah analisis gaya statistik, bahwa setiap bentuk film terasa berbeda dari satu ke yang lain, metode semacam ini memberikan berbagai dinamika variabel yang berfungsi  untuk mendeteksi atau membuktikan apakah konsep yang ada dalam pembuat film benar-benar dituangkan kedalam filmnya. Artinya semua bentuk didalam film adalah design.
Selain hal tersebut metode ini bertujuan sebagai komparasi terhadap satu film dengan film lainnya.  Menurutnya,  film tidak hanya terpaku pada persoalan  naratif,  karena ada bagian-bagian yang jelas lebih konkrit yang bisa dijadikan ‘barang bukti’ untuk menginterpretasikan sebuah pemahaman akan makna film.

1.6. Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
-          Judul Skripsi
-          Lembar Pengesahan
-          Prakata
-          Daftar Isi
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang persoalan, rumusan masalah, signifikansi, tujuan, metode penelitian dan sistematika penelitian. Dalam bab ini pula dibahas tentang informasi-informasi dasar tentang Statistical style analysis  serta objek penelitian yang diambil dalam skripsi ini.
BAB II. METODE ANALISA
Bab ini akan membahas tentang teori Statistical style analysis  yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Hal-hal yang melatar belakangi teori ini hadir dan bagaimana metode analisa yang ditawarkan oleh Barry Salt.
BAB III. ANALIS STYLE  FILM CHAERUL UMAM
Bab ini akan berkonsentrasi pada analisis style film-film CHAERUL UMAM melalui unsur-unsur Mise-en-scene antara lain Shot Length, Komposisi, Camera Movement, dan Durasi masing-masing film sampel.
BAB IV. STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab ini akan membahas lebih lanjut hasil-hasil analisis bab sebelumnya serta melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya.
BAB V. KESIMPULAN
Kesimpulan akan berisi hal-hal yang dianggap penting yang telah menjadi hasil dari penelitian ini.  Selain itu, bab ini juga akan mencakup pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab melalui penelitian yang dilakukan dan yang akan menjadi sarana bagi penelitian-penelitian baru dimasa yang akan datang.


[1] Sejarah Penelitian Kualitatif: Penelitian Etnografi sebagai Titik Tolak, Prof. Dr. H. Mudija Rahardjo , 2012
[2] Film Style and Technology : History and Analysis, Barry Salt, 2003
[3] Thomas Elsaesser & Warren B, Studying Contamporary American Film; A Guide To Movie Analysis Oxford University Press, 2002
[4] ibid 3
[5] Ibid3
[6] Thomas Elsaesser & Warren Buckland. Studying Contemporary American Film. Oxford University Press Inc : 2002
[7] JB Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-2005, Jakarta, 2005
[8] Mempertanyakan Bahasa Visual ‘Baru’ dalam Sinema Indonesia, Veronika Kusumaryati, Jurnal Imaji semester ke dua,: 2009
[9] Ibid 8
[10] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana,2010

0 komentar:

Posting Komentar