Teori Film

Sabtu, 10 Oktober 2009

Director as Auteur

Kajian Film Sutradara
Lecturer: Ale.

Sutradara sebagai ‘Auteur’
Julukan ‘Auteur’ diberikan kepada sutradara yang filmnya menunjukkan konsistensi pada style dan tema. Sebaliknya sutradara yang hasil karyanya tidak menunjukkan konsistensi pada style dan tema disebut ‘Metteurs en scene’ dan statusnya diturunkan hanya menjadi teknisi, bukan sebagai seniman-‘Auteur’. Menurut pakar film-kritikus, yang membedakan seorang ‘Auteur’ dengan seorang Metteur en scene’ adalah: Seorang Auteur’ mampu mengubah naskah scene-skenario yang sederhana menjadi karya film yang hebat (ada ideologi original), sedangkan seorang ‘Metteur en scene’ hanya bisa menghasilkan karya film yang biasa saja dari garapannya atas naskah skenario.

Kritikus ‘Auteur’ merasa perlu membedakan diantara kedua jenis status tersebut karena seorang ‘Auteur’ dianggap mampu mempertahankan idealismenya dan menjalankan konsistensi pada style dan temanya walaupun dia bekerja didalam tekanan aturan studio yang bersifat membatasi. Kritikus ‘Auteur’, pakar perfilman menyadari sepenuhnya bahwa produksi sebuah karya film merupakan kreativitas kerjasama kolektif, yang melibatkan banyak personil serta mesti melalui berbagai tahap mulai dari proses pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi, namun tetap Sutradaralah yang bertanggung jawab atas segala keputusan yang meliputi: framing, letak kamera, durasi materi, segala aspek mise en scene yang pada akhirnya diterjemahkan kedalam tayangan gambar.


Francois Truffaut dan Cahiers du Cinema.
Teori perihal ‘Auteur’ muncul pertama kali dalam sebuah artikel kritik film majalah jurnal Prancis, Cahiers du Cinema pada tahun 50-an. Teori ini diusung sekelompok kritikus yang kemudian menjadi sutradara perintis gerakan ‘French New Wave’ yang diantaranya adalah, Jean Luc Godard, Francois Truffaut, Jacques Rivette, Eric Rohner dan Claude Chabrol.

Dalam essainya ditahun 1954 ‘A Certain Tendency of The French Cinema’, Francois Truffaut mengkritik kecenderungan sinema Prancis semasa tahun 1940 hinga 1950-an pada sistem yang dia sebut ‘the Tradition of Quality’. Dogmatik Sinema jenis ini terlalu kaku dan berwawasan sempit yang hanya memperlihatkan kesombongan dan kepelikan kaum borjuis, bangsawan yang hidup mewah dan berfoya foya. Konsep ‘the Tradition of Quality’ yang terlalu mengistimewakan skenario film dianggap bisa mengalihkan perhatian penonton dan pemerhati film dari proses produksi film berikut sutradaranya itu sendiri. Hal inilah yang ditentang para kritikus majalah Cahiers du Cinema dan sutradara ‘French New Wave’ yang berpedoman bahwa film merupakan bentuk seni independen yang tidak boleh diturunkan derajatnya dari bentuk seni yang lainnya, contohnya Literatur (sumber dari naskah skenario berasal). Sutradara New Wave membuktikan idealisme mereka dengan menghasilkan karya yang lebih memukau penonton bila dilihat dari aspek style dan teknik dari pada aspek isi cerita.

Dalam Tradisi Kualitas atau - the Tradition of Quality’, bentuk style dalam film hanyalah sebagai pelengkap, hanya sebagai sarana untuk menyampaikan isi cerita kepada penonton, namun dalam film film New Wave bentuk style dalam film mendapatkan keistimewaan tersendiri yang berdiri utuh dan menerima prioritas utama. Itulah sebab kritikus Cahiers du Cinema sangat menaruh respek pada karya filmaker Hollywood seperti, Alfred Hitchcock, Howard Hawks, Orson Welles, Fritz Lang, John Ford, Douglas Sirk, Sam Fuller, dan Nicholas Ray yang kesemuanya berhasil menunjukkan idealisme dan konsistensi style visual ciri khas masing masing dibawah tantangan naskah film mengekang yang disodorkan oleh studio studio perfilman. Bisa dikatakan bahwa ‘French New Wave’ sebagai gerakan yang menentang sinema klasik Hollywood dimana dominasi produser dalam proses produksi film jauh lebih kuat dari pada sang Sutradara itu sendiri.

Movie Magazine
Didaratan InggrisTeori ‘Auteur’ diusung oleh kritikus film Inggris, Ian Cameron, Mark Shivas, Paul Meyersberg, dan Victor Perkins dalam majalah ‘Movie’ terbitan Mei 1962. Seperti halnya kritikus ‘Cahiers du Cinema’ kritikus ‘Movie’ berkonsenterasi pada sepak terjang tokoh ‘Auteur’ didalam ruang lingkup sistem Studio Hollywood. Konsistensi style dan tema, serta visi dan ‘self expression’ yang terlihat pada track record Sutradara tetap menjadi prioritas utama dalam menentukan gelar ‘Auteur’. Namun demikian dalam pelaksanaannya, kritikus ‘Movie’ lebih fleksibel dan moderat dibanding kritikus ‘Cahiers du Cinema’; mereka sadar bahwa seorang ‘Auteur’ juga seorang manusia yang sewaktu waktu bisa membuat film yang buruk, dan seorang ‘Metteur en Scene’ suatu waktu bisa menghasilkan film yang bermutu. Seringkali terjadi silang pendapat antara kritikus ‘Movie’ dan ‘Cahiers du Cinema’ tentang siapa sebenarnya ‘Artist’ yang berhak mendapat gelar ‘Auteur’.

Andrew Sarris.
Sedangkan dibelahan Amerika Utara, Andrew Sarris merupakan merupakan pencetus teori ‘Auteur’ dalam essay kritik film-nya yang berjudul ‘Notes on The Auteur Theory in 1962 pada jurnal film ‘Culture’. Kriteria yang dipergunakan sebagai tolak ukur seorang ‘Auteur’ tetap sama dengan para kritikus “Cahiers du Cinema’ dan ‘Movie’, yaitu konsistensi style dan tema serta visi pada karya seorang sutradara. Kemudian Sarris menyusun buku sejarah ‘Auteur, Amerika pada tahun 1968 yang berjudul ‘The American Cinema’: Directors and Directions, 1929-1968, buku ini terbukti menjadi acuan penting bagi kritikus Auteur

A bout de souffle / Breathless.
“French New Wafe’ merupakan salah satu motor penggerak ‘Art Cinema’ Eropa. Ginette Vincendiau dalam tulisannya di ‘Encyclopedia of Europan Cinema’ memperinci karakteristik dari ‘Art Cinema’ sebagai berikut:

Editing dan plot narasi lebih lambat dari cinema Hollywood.
Sudut pandang point of view lebih dominan.
Bergantung sepenuhnya pada konsep realisme dan ambigu (kesamaran makna atau ketidakjelasan arti).
Berkeinginan memprovokasi emosi dan terkadang memberikan shock pada penonton.
Cenderung menghasilkan ending yang tidak menyenangkan pada akhir film.

Berpedoman pada konsep estetika diatas, Jean luc Godard menyutradarai A bout de souffle pada tahun 1960 yang sarat dengan inovasi dan tidak konvensional, seperti:
Shooting dilakukan di Outdoor (bukan di studio seperti yang dilakukan ‘The Tradition of Quality’).
Penggunaan kamera handheld.
Pencahayaan alami (bukan artificial lampu studio).
Akting yang spontan yang mengandalkan improvisasi.
Editing yang berbeda dengan editing klasik.

Teknik yang tak lazim diatas merupakan angin segar pada pembuat film eksperimental dan dinamis. Penting untuk diketahui bahwa pilihan teknik dan style film oleh sutradara ‘French New Wave’ tidak semata mata didasarkan pada pertimbangan estetika, namun juga memperhatikan faktor ekonomis. Pada dasarnya ‘French New Wave’ merupakan praktek perfilman berbiaya rendah yang mengandalkan pencahayaan natural-alami dilokasi pengambilan gambar yang jelas menurunkan biaya produksi, seperti halnya penekanan akting yang spontan dan improvisatif. Walaupun demikian adanya sutradara ‘French New Wave’ menganggap keterbatasan dana sebagai tantangan, dan menilai film film beranggaran rendah identik dengan kebebasan berkreasi.

Mereka menyimpulkan hubungan paradoks antara besarnya jumlah anggaran dengan kebebasan berkreasi adalah = semakin tinggi biaya produksi, maka semakin rendah peluang kebebasan berkarya. Bahkan mereka beranggapan bahwa kegagalan komersil film mereka di Box Office salah satu bentuk kemerdekaan artistik Intinya seorang ‘Auteur’ harus mampu melepaskan diri dari tekanan dan intervensi dari pihak produser film berkenaan dengan proses kreative, serta berhasil mempertahankan idealisme dan originalitas hasil karyanya betapapun besarnya anggaran produksi film tersebut. Sedangkan seorang ‘Metteur scene’ akan merasa terbebani oleh ongkos produksi yang tinggi dan berpengaruh pada hasil kreatifnya, sehingga tanpa disadari dia menjadi budak kapitalis yang tunduk pada sistem Studio yang cenderung otoriter.


Style dan film Alfred Hitchcock.
Kritikus ‘Cahiers du Cinema’, ‘Movie’ dan Andrew Sarris sepakat dalam memberikan gelar terhormat ‘Auteur’ pada Alfred Hitchcock. Telah banyak buku tentang Hitchcock yang dipublikasikan, demikian pula interview pada majalah tentang dirinya.
Analisa style film Hitchcock meliputi:
Dititikberatkan pada editing-montage.
Point of view Shots.
Pengambilan gambar pada ruang sempit, sehingga memberikan tantangan tersendiri buat Hitchcock untuk merancang adegan.
Sedangkan tema yang sering diangkat dalam film film Alfred Hitchcock antara lain:
Plot cerita yang bberkisar seputar investigasi (biasanya pembunuhan) yang mana pemeran utamanya adalah sang penyelidik atau yang diselidiki.
Pengakuan dosa atas suatu peristiwa dan rasa bersalah.
Suspense.
Kejahatan yang sempurna.
Salah orang, misidentifikasi.


Film Film Wim Wenders.
Wim wenders merupakan salah satu tokoh penting pada industri film Jerman modern atau New German Cinema yang juga menjadi penggerak Art cinema Eropa, seperti halnya New Wave. Dalam ‘Encyclopedia of Europan Cinema’ Thomas Elsaesser dan joseph Garncarz menjelaskan tentang karakteristik New German Cinema sebagai berikut:

-New German Cinema merupakan gerakan dibidang seni yang menonjol dan dominan dari tahun 1965 hingga 1982.
- Gerakan cinema ini baru ini menentang hasil karya berbumbu propaganda sutradara komersil Jerman pasca perang dunia II, yang mana mereka memulai karirnya dibawah naungan rezim Hitler-Nazi.
- Gerakan cinema ini juga menolak genre film Jerman yang telah mapan berikut bintangnya.
- Gerakan cinema ini lebih banyak dipengaruhi sinema Amerika dari sinema Jerman terdahulu (pengecualian Fritz Lang dan F.W. Murnau)
- Sutradara New German Cinema cenderung merangkap menjadi produser dan penulis skenario, semisal: Werner Herzog, Alexander Kluge, Rainer Werner Fassbinder, dan Wim Wenders.
Tema utama dalam film Wim Wenders antara lain mencakup:
Pengaruh kebudayaan Amerika Utara.
‘road movies’, Film yang mengisahkan tentang suka duka perjalanan.
Persahabatan antara sesama pria
Kemustahilan, kesia-siaan hubungan antara pria dan wanita.

Sedangkan elemen style:
Penekanan atas pentingnya image-gambar bukan narasi.
Kesukaannya pada ‘dead time’. Penggunan sudut pandang kamera yang non subjektif. Wenders cenderung melakukan observasi pada suatu adegan tanpa emosi. Unsur drama dan action sebisa mungkin dihindarinya.

Auteur Kontemporer
Pada zaman sekarang ini, seorang Sutradara seyogyanya memiliki ciri khas style visual pada hasil karya filmnya sehingga menambah ‘market value’. Track record yang baik dan marketing yang handal akan melahirkan ‘brand image’ tersendiri bagi Sutradara, sehingga karyanya akan ditunggu dan dikenang, contohnya film ‘Jurassic Park’ diidentifikasikan sebagai A Steven Spielberg film... (bersambung)

referensi:
Buckland Warren, Film Studies, The Director as Auteur, hal 51-57

Ditulis kembali dalam perkuliahan Kajian Film Sutradara... 09 okt 09

6 komentar:

  1. salam.
    mau nanyakan saudara satu soalan:
    apakah karakteristik autere dan pada pandangan saudara, adakah ia satu konsep yang masih sahih untuk digunakan dalam menjalankan analisis sinematik? terima kasih.

    BalasHapus
  2. stelah thun 60an, ada banyak cara mengaanalisa film/ bahasa film (sinematik. konsep auteur lebih mencari bentuk dari bahasa film (baik teks naratif ataupun style seorang director), karna acuan auteur adalah ada sebuah konsistensi baik style atupun form dalam berbagai film seorang director.. tapi hal ini dilihat dari sosok diluar kerangka pemikiran sutradara... (mungkin seperti itu)

    BalasHapus
  3. Assalamualaikum, jika Di Indonesia siapakah yang berhak menentukan seoarang sutradara itu auteur atau bukan. Apakah dengan style dan karakteristik film yang menandai sutradara tersebut, secara tidak langsung dia sudah dinobatkan menjadi auteur sinema? terima kasih, artikelnya sangat bermanfaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya pikir semua pengamat film, jurnalis film ataupun kiritikus film berhak memberikan label 'auteur', karna salahsatu fungsi kritikus ya seperti itu, labeling histories.. dng catatan bukan gosip style keartisan yang dibahas

      Hapus
  4. Wah.. walaupun sedikit telat saya mendapatkan 'materi' sepenting ini, rasanya saya sangat bersyukur adanya blog Cinephilia. Saya yg sedang menyusun tugas akhir berkenaan Teori Auteur sangat terbantu sekali dengan postingannya ^^. Tapi.. menurut anda, apakah ada seorang sutradara di Indonesia yang dpt dikatakan layak menerima Auteur Sinema? Terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. pasti ada, kembali lagi kepada para penulis kritik film, karna salah satu fungsi mereka ada diwilayah itu.. sbgai contoh sutradara Edwin, salah satu filmnya, Babi Buta Ingin Terbang, coba perhatikankesemua koleksi filmnya

      Hapus