BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam
dunia penelitian, terdapat dua metodelogy yang menjadi arus utama yaitu
kualitatif dan kuantitaif. Keduanya berasal dari paradigma ilmu yang berbeda,
kualitatif berasal dari paradigma interpretif atau fenomenologi merupakan tradisi
dalam kajian-kajian ilmu sosial. Sedangkan kuantitatif berasal dari paradigma
positivisme yang banyak digunakan dalam kajian-kajian sains.
Paradigma interpretatif semakin gencar
dan berkembang di tahun 1960an dengan munculnya teori kritis. Teori ini
berhubungan erat dengan teori-teroi marxis yang diperkenalkan oleh mazhab
Frankfurt yang juga merupakan bapak dari
neo-marxisme Jerman. Paradigma ini dianggap sebagai titik balik dunia
penelitian, dimana para penggagas metode penelitian kualitatif beranggapan
bagaimana mungkin penganut paradigma positivistik yang menitikberatkan pada
realitas empirik mampu menggali makna yang bersifat abstrak. Kegelisahan
tersebut dijawab dengan menciptakan cara pandang dan metode lain untuk
mengungkap persoalan kehidupan sosial. Metode ini digunakan untuk
mengidentifikasi, menganalisis, dan memahami perilaku terpola (patterned
behaviors) dan proses-proses sosial di masyarakat[1].
Karena berasal dari pengamatan tentang
fenomena yang terjadi di masyarakat (fenomenology) dan landasan interpretatif
maka hasil-hasil penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisir dan hanya
berlaku di tempat penelitian diadakan. Satu hal yang menjadi kelemahan dalam
penelitian kualitatif. Dalam sudut pandang positivis (kuantitatif), metode yang
digunakan dalam kualitatif menyalahi kaidah-kaidah sains yaitu, logis,
rasional, empiris, objektif, sistematis dan hasilnya bersifat universal (dapat
digenaralisir). Selain itu, menurut pandangan positivis kriteria ‘ilmu’ dapat
dilihat dari kemampuan merumuskan dalil atau hukum sehingga dapat dibuat
generalisasi dan memprediksi masa depan. Karenanya cabang ilmu sosial tidak
dapat dikategorikan sebagai ‘ilmu;’ karena ketidak mampuannya merumuaskan dalil
atau hukum.
Dikotomi kedua paradigma tersebut telah
menjadi perdebatan panjang dalam dunia penelitian. Usaha untuk mengakurkan
keduanya dilakukan oleh aliran neo-kantian. Aliran ini berpendapat bahwa kedua
pendekatan tersebut bersifat generik, berdiri sejajar dan memiliki otonomi
sendiri sehingga tidak berhak satu sama lain saling menghakimi. Selain itu,
harus diakui penerapan kedua ilmu (ilmu alam/sains dan ilmu sosial) tersebut
dapat menggunakan pendekatan baik kualitatif maupun kuantitatif. Statistik
merupakan jembatan yang menghubungan antara ilmu sosial dengan paradigma positivis.
Statistik sendiri dikenal sebagai ilmu yang mempelajari tentang pengumpulan,
menganalisis dan menginterpretasikan data, dengan kata lain statistik merupakan
alat untuk melakukan riset empiris.
Pendekatan statistik dalam kajian sinema
pertamakali diperkenalkan oleh seorang sejarawan dan praktisi film bernama
Barry Salt (1968), pendekatan tersebut populer dengan nama Statistical style analysis[2].
Meski pendekatan statistik sebelumnya banyak digunakan dalam kajian sinema
seperti survei tingkat kepuasan penonton dll, namun Salt yang memperkenalkan
pendekatan statistik dengan menggunakan istilah-istilah teknis dalam pembuatan
film seperti camera movement, long shot, close up, dll.
Metode statistik dalam kajian sinema menjadikan
penelitian film menjadi lebih
sistematis, terukur dan lebih objektif. Analisis style kuantitatif di sini melibatkan
statistik baik secara deskriptif dan
inferensial. Tujuan utamanya adalah mengumpulkan jumlah dan
frekuensi data parameter formal sutradara
kemudian diwakilkan ke dalam grafik, persentase, dan rata-rata panjang
tiap shot (ASL). Pendekatan statistik dalam penelitian
film memberikan hasil secara visual angka-angka
yang lebih jelas dan sistematis.
Statistical style analysis sendiri secara spesifik memiliki 3 tujuan
standar, yaitu:
1.
Menawarkan analisis style dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
2.
Menghindari
sengketa teks yang berkaitan dengan atribut kepenulisan
3.
Untuk mengidentifikasi kronologis film ketika adegan atau
urutan komposisi tidak jelas atau tidak runut.[3]
Dengan memasukkan statistik sebagai alat analisanya, Salt berhasil menghindari hubungannya
antara style dan tema sebuah film, sesuatu yang menjadi fokus pada teori
sebelumnya yang ’mati-matian’
membantah asumsi bahwa tampilan scene dalam sebuah film (gerakan kamera,
tata cahaya, dll) hanya keperluan estetika semata[4].
Analisis style dalam
pendekatan statistik menunjuk satu set
pola terukur yang
secara signifikan menyimpang dari norma kontekstual film. Tujuannya adalah mengindetifikasi style individu sutradara dengan
mengumpulkan data parameter formal secara sistematis terutama yang berada dalam
kendali langsung sutradara seperti Duration
of the shot
(termasuk panjang rata-rata per-shot, atau Average shot length/ASL),
Shot scale,
Camera movement.[5]
Dalam teorinya, Salt merujuk style kepada satu set pola terukur yang signifikan dan menyimpang dari norma-norma kontekstual. Ia menggambarkan style seorang sutradara merupakan parameter formal mereka yang
tersistematis dalam filmnya. Ia kemudian merepresentasekan parameter formal ini
ke dalam grafik batang dan persentase[6]. Secara umum teori Salt
menggunakan unsur Mise-en-scene sebagai data yang akan dianalisa.
Dalam konteks Indonesia, kajian sinema
masih terbilang baru. Diperkenalkan sekitar tahun 1980an, kajian sinema di
Indonesia banyak di pengaruhi oleh cultural
studies seperti semiotika, feminisme, psikoanalisis dll, dimana ranah
penelitiannya masih didominasi oleh pendekatan kualitatif, hingga kini. Cultural
studies sendiri merupakan salah satu fokus kritik Salt terhadap teori-teori
film yang berkembang belakangan. Pendekatan yang ditawarkan Salt mungkin masih
asing dalam kajian sinema di tanah air menjadikan penulis sangat antusias
menerapkannya dalam kajian sinema Indonesia.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin
mengaplikasikan Statistical style analysis kepada
film-film karya sutradara Chaerul Umam. Berbeda dengan generasi sutradara
akademisi seperti Garin Nugroho yang memang mempelajari film secara formal,
Chaerul Umam merupakan salah satu dari generasi ekspansi di mana tahun 1970an
banyak praktisi teater beralih profesi menjadi pekerja film. Pengetahuannya
mengenai film mulai dari estetika sampai pada teknis didapatnya secara
otodidak, namun secara kualitas kita tidak bisa mengklaim salah satunya lebih
baik kita mungkin kita hanya bisa mengatakan generasi akademis seperti Garin
memiliki selera estetitis yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Hal tersebut dapat
dilihat dari pengangkatan tema dan simbol-simbol yang digunakan keduanya sangat
berbeda, yang satu cenderung pada eksperimental dan yang lainnya lebih realis.
Namun dalam penelitian kali ini, kita tidak melihat film dari sudut pandang
konteks dan teksnya melainkan stylenya. Terlepas dari banyaknya penelitian yang
membahas film-film sutradara dari generasi akademisi, penulis mencoba beralih
pada objek yang lebih segar dan baru dari generasi ekspansi yang diwakili oleh
Chaerul Umam.
Chaerul Umam sendiri memulai kariernya sebagai sutradara pada tahun
1975 dengan film perdananya berjudul tiga sekawan. Kesuksesan
Al Kautsar (1977) membuatnya menjadi
salah satu sutradara yang diperhitungkan. Film Al Kautsar berhasil meraih penghargaan FFA XXIII Bangkok 1977 untuk
tata suara terbaik[7].
Sejak saat itu ia sering kali diindentikkan dengan film-film Islami, selain itu
ia juga dikenal sebagai sutradara dengan film-filmnya yang sopan dalam artian
dia menolak untuk menyutradarai film-film yang berbau seks baik yang bergenre
komedi maupun horor. Bahkan ketika menyutradari film Sama Juga Bohong (1986)
yang dibintangi Warkop DKI, Chaerul Umam berhasil menyingkirkan kesan Warkop
sebelumnya dengan lebih menguatkan pada alur narasi dan penceritaan dibanding
menarik penonton dengan visual perempuan-perempuan seksi.
Hingga
kini dia masih mempertahankan idealitasnya terhadap sinema Islami ketika
menyutradarai sinetron di TV swasta periode tahun 1998-2000, sampai film
terakhirnya yang diangkat dari novel best
seller dengan judul yang sama Ketika Cinta Bertasbih I dan II (2000-2001).
Sejak
1975 hingga 2001 terdapat 22 film yang telah Chaerul Umam produksi. 20
diantaranya tercatat dalam Katalog Film Indonesia 1926-2005. 22 film Chaerul
Umam tersebut adalah :
1. Tiga
Sekawan (1975)
2. Al
Kautsar (1977)
3. Cinta
Putih (1977)
4. Sepasang
Merpati (1979)
5. Betapa
Damai Hati Kami (1981)
6. Gadis
Marathon (1981)
7. Tiitian
Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8. Hati
Yang Perawan (1984)
9. Kejarlah
Daku Kau Kutangkap (1985)
10. Bintang
Kejora (1986)
11. Sama
Juga Bohong (1986)
12. Terang
Bulan Di Tengah Hari (1988)
13. Joe
Turun Ke Desa (1989)
14. Malioboro
(1989)
15. Boss
Carmad (1990)
16. Jangan
Bilang Siapa-siapa (1990)
17. Om
Pasikom (1990)
18. Nada
Dan Dakwah (1991)
19. Ramadhan
Dan Ramona (1992)
20. Fatahillah
(1997)
21. Ketika
Cinta Bertasbih I (2009)
22. Ketika
Cinta Bertasbih II (2010)
Berhasil
melewati tiga dekade berkarya Chaerul Umam terbilang masih produktif dibanding
stradara-sutrada seangkatannya. Meski secara style film belum ada yang
membahasnya namun secara kasat mata perkembangan style film Indonesia
kontemporer lebih sering menggunakan close-up dan medium shot sehingga latar belakang
secara luas tidak diperlihatkan[8]. Penekanan pada wajah dan
karakter, bukannya pada visual keseluruhan sering diindikasikan
sebagai pinjaman dari konvensi sinetron (drama serial) televisi Indonesia yang
banyak bercerita tentang kehidupan keluarga kelas menengah dan atas
dengan setting rumah-rumah mewah dengan dekor yang berlebihan[9].
Dalam
penelitian kali ini, penulis ingin membuktikan apakah style film-film Chaerul
Umam mengalami perubahan menjadi apa yang disebut sebagai konvensi sinetron
dalam film kontemporer ataukah style film Chaeul Umam cenderung konsisten sejak
awal karirnya hingga sekarang. Hal ini dapat dibuktikan melalui penelitian
sinema dengan menggunakan metode yang ditawarkan Barry Salt yaitu Statistical style analysis. Oleh
karena itu penulis mengajukan penelitian ini dengan judul :
“
Analisis
Style Film-Film Chaerul Umam
Dengan Pendekatan Statistical Style Analysis ”
I.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Bagaimanakah style Chaerul Umam secara statistik
setiap dekade?
2. Adakah perbedaan yang cukup signifikan pada style film Chaerul Umam baik dari mise-en-scene maupun secara statistik?
3. Bagaimana
transformasi style Chaerul Umam pada
filmnya?
I.3.
Signifikansi Penelitian
Sebagai disiplin ilmu, analisis/kajian film seharusnya
dapat memberikan sesuatu yang lebih ilmiah, objektif dan terukur. Penelitian
ini merupakan upaya memberikan
alternatif lain yang lebih ilmiah kedalam penelitian film, bukan sekedar kontruksi manipulatif yang selalu mangkait-kaitkan
konteks film dengan realitas diluar dirinya yang merupakan hasil pengalaman
subjektif peneliti sebelumnya. Dengan demikian kita bisa
menempatkan kajian film sejajar dengan kajian ilmu-ilmu sosial lainnya.
I.4.
Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin menyajikan style film Chaerul Umam
pada awal kariernya sebagai sutradara sejak tahun 1970-an hingga
karyanya yang terbaru 2010. Style ini didapatkan dari pengambilan dan
penghitungan elemen mise-en-scene dalam film sampel yang
penulis ambil per-dekade setiap karya Chaerul Umam.
Selanjutnya hasil-hasil tersebut akan dipersentasekan
untuk lebih lanjut digeneralisir sebagai style
atau karakter film Chaerul Umam. Perbedaan yang terdapat pada style filmnya
dapat disimpulkan sebagai bagian dari transformasi style Chaerul Umam selama lebih 30 tahun masa kariernya.
I.5.
Metode Penelitian
A. Rancangan penelitian
Untuk mengetahui style
Chaerul Umam dalam film-filmnya, penulis melakukan penelitian dengan cara
mencari literatur film-film Chairul Umam pada mulai periode 1970an hingga
2000an.
Selanjutnya data-data tersebut tersebut
penulis pisahkan dan mengambill
masing-masing satu judul film yang diproduksi setiap dekade dimulai dari
1970-an hingga produksi terakhirnya di tahun 2000-an sebagai bahan/sampel yang
akan penulis bongkar dan sesuaikan dengan tujuan penelitian.
B. Subjek Penelitian
(Populasi dan Sampel)
Populasi
merupakan keseluruh elemen, atau unit elementer, atau unit penelitian, atau
unit analisis yang memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek
penelitian. Pengertian populasi tidak hanya berkenaan dengan ”siapa” tetapi
juga berkenaan dengan apa. Istilah elemen,
unit elementer, unit penelitian, atau unit analisis yang terdapat pada batasan populasi di atas merujuk
pada ”siapa” yang akan diteliti atau unit di mana pengukuran dan inferensi akan dilakukan (individu,
kelompok, atau organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik merujuk pada ”apa” yang akan diteliti. ”Apa” yang
diteliti tidak hanya merujuk pada isi,
yaitu ”data apa” tetapi juga
merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.[10]
Berdasarkan penelusuran telah dilakukan, dalam Katalog
Film Indonesia 1926-2005 penulis menemukan 20 film karya Chaerul Umam yang
dibuat pada periode 1970-1990an. Penulis juga menemukan 2 film yang diproduksi
periode tahun 2000an jadi total film Chaerul Umam yang telah diproduksi adalah
22 film. Maka 22 film ini selanjutnya akan disebut sebagai populasi dalam penelitian ini. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah :
1. Tiga
Sekawan (1975)
2. Al
Kautsar (1977)
3. Cinta
Putih (1977)
4. Sepasang
Merpati (1979)
5. Betapa
Damai Hati Kami (1981)
6. Gadis
Marathon (1981)
7. Tiitian
Serambut Dibelah Tujuh (1982)
8. Hati
Yang Perawan (1984)
9. Kejarlah
Daku Kau Kutangkap (1985)
10. Bintang
Kejora (1986)
11. Sama
Juga Bohong (1986)
12. Terang
Bulan Di Tengah Hari (1988)
13. Joe
Turun Ke Desa (1989)
14. Malioboro
(1989)
15. Boss
Camad (1990)
16. Jangan
Bilang Siapa-siapa (1990)
17. Om
Pasikom (1990)
18. Nada
Dan Dakwah (1991)
19. Ramadhan
Dan Ramona (1992)
20. Fatahillah
(1997)
21. Ketika
Cinta Bertasbih I dan
22. Ketika
Cinta Bertasbih II
Selanjutnya,
dari ke-22 populasi yang telah ditemukan penulis menentukan sampel yang akan
digunakan sebagai objek penelitian. Sampel akan penulis pilih melalui pemilihan
film-film per-dekade. Dengan asumsi bahwa setiap satu film akan menjadi
perwakilan dari dekade diproduksinya film tersebut, ini juga akan menjadi
penanda style Chaerul Umam pada tahun yang bersangkutan. Hal ini juga agar
memudahkan penulis mengidentifikasi film secara historis dan teknologi yang
digunakan.
Adapun
kriteria film sampel akan dipilih sesuai dengan persamaan-persamaan yang
terdapat pada gendre dan tema yang diangkat per dekade chaerul umam berkarya.
Hal ini bertujuan agar memudahkan penulis untuk
mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur. Untuk
itu penulis memetakan film-film Chaerul Umam kedalam tiga kriteria sesuai
gendrenya yaitu
1. Religius :
Al Kautsar (1977), Titian Serambut
Dibelah Tujuh (1982), Nada dan Dakwah (1992), Fatahillah (1997), Ketika Cinta
Bertasbih (2009), Ketika Cinta Bertasbih II (2010).
2. Komedi :
Tiga Sekawan (1975), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Sama Juga Bohong
(1986), Bintang Kejora (1986), Joe Turun Ke Desa (1989), Om Pasikom (1990),
Jangan Bilang Siapa-siapa (1990).
3. Drama :
Cinta Putih (1977), Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati
Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989), Boss
Carmad (1990), Ramadhan dan Ramona (1992).
Secara statistik, film-film Chaerul Umam
berdasarkan gendre-nya dapat dilihat dalam diagram berikut :
Gambar 1. Persentase film Chaerul Umam
|
36.36%
|
27.27%
|
31.81%
|
Dari
diagram diatas kita dapat lihat persentase film-film Chaerul Umam dilihat dari
genre filmnya. Gendre drama merupakan film dengan judul terbanyak dari
karya-karya Chaerul Umam sebesar 36.36% atau sekira 8 judul. Kemudian komedi
dengan persentase 31.81% atau 7 judul film dan yang terkecil adalah gendre
religi dengan persentase 27.27% atau sekira 6 judul film.
Selanjutnya
untuk mendapatkan sampel yang diinginkan, maka penulis kembali membagi
film-film Chaerul Umam sesuai dekade (per 10 tahun), gendre dan judul film.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini :
Periode
|
Gendre film
|
Judul Film
|
1970-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Cinta Putih (1977), Sepasang Merpati (1979)
Tiga Sekawan (1975),
Al
Kautsar (1977)
|
1980-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Betapa
Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984),
Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989)
Kejarlah
Daku Kau Kutangkap (1985), Bintang Kejora (1986), Sama Juga Bohong (1986),
Joe Turun Ke Desa (1989)
Tiitian
Serambut Dibelah Tujuh (1982)
|
1990-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Boss
Carmad (1990), Ramadhan Dan Ramona (1992)
Jangan
Bilang Siapa-siapa (1990), Om Pasikom (1990)
Nada
Dan Dakwah (1991), Fatahillah (1997)
|
2000-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
-
-
Ketika
Cinta Bertasbih I (2000), Ketika Cinta Bertasbih (2001)
|
Dari
tabel di atas dapat kita lihat bahwa setiap periode karya Caherul Umam tidak
melahirkan gendre film yang sama. Periode tahun 2000-an tampak pada tabel
gendre drama dan komedi kosong, sehingga dua gendre tersebut tidak dapat
dikomparasikan dengan film yang lain dari tiga periode sebelumnya (1970, 1980,
1990). Sehingga sampel yang tepat untuk penelitian ini adalah film-film Chaerul
Umam adalah gendre religi, Ini dapat dilihat dari tabel di atas yang
menunjukkan bahwa setiap periode karir Chaerul Umam pasti mengeluarkan satu
atau dua film religi.
Meski
berada pada persentase terkecil dari film-film caherul umam, penulis melihat
Chaerul Umam konsisten dalam memproduksi film bergendre religi setiap periode
karirnya. Adapun persamaan tema/gendre
sampel yang penulis pilih akan memudahkan penulis untuk
mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan diukur
nantinya. Karena itu penulis memilih film-film Chaerul Umam yang bergendra
religi sebagai sampel atau objek penelitian untuk mengungkap style Chaerul Umam
secara statistik. Adapun film-film tersebut adalah :
1.
Al Kautsar mewakili periode 1970an
2. Titian Serambut Dibelah Tujuh
mewakili periode 1980an
3. Nada dan Dakwah mewakili periode
1990an
4. Ketika Cinta Bertasbih I mewakili
periode 2000an
C. Pengumpulan Data
Penelitian
ini akan memakan waktu sekitar empat
hingga enam bulan untuk
merampungkan data serta menganalisis data-data yang telah dikumpulkan.
D.
Analisis Data
Adapun
analisis data yang digunakan akan menggunakan Statistical Style Analysis yang diperkenalkan oleh Barry salt. Ide dasar dibalik
metode ini adalah analisis gaya statistik, bahwa
setiap bentuk film terasa berbeda dari
satu ke yang lain, metode semacam
ini memberikan berbagai dinamika variabel yang berfungsi untuk mendeteksi atau membuktikan apakah
konsep yang ada dalam pembuat film benar-benar dituangkan kedalam filmnya.
Artinya semua bentuk didalam film adalah design.
Selain
hal tersebut metode ini bertujuan sebagai komparasi terhadap satu film dengan
film lainnya. Menurutnya, film tidak hanya terpaku pada persoalan naratif,
karena ada bagian-bagian yang jelas lebih konkrit yang bisa dijadikan
‘barang bukti’ untuk menginterpretasikan sebuah pemahaman akan makna film.
1.6.
Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan ditulis dengan sistematika sebagai
berikut:
-
Judul
Skripsi
-
Lembar
Pengesahan
-
Prakata
-
Daftar
Isi
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang persoalan, rumusan masalah,
signifikansi, tujuan, metode penelitian dan sistematika penelitian. Dalam
bab ini pula dibahas tentang informasi-informasi dasar tentang Statistical
style analysis serta objek penelitian
yang diambil dalam skripsi ini.
BAB II. METODE ANALISA
Bab
ini akan membahas tentang teori Statistical style analysis yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Hal-hal
yang melatar belakangi teori ini hadir dan bagaimana metode analisa yang
ditawarkan oleh Barry Salt.
BAB III. ANALIS
STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab
ini akan berkonsentrasi pada analisis style
film-film CHAERUL UMAM melalui unsur-unsur Mise-en-scene antara lain Shot Length, Komposisi,
Camera Movement, dan Durasi masing-masing film sampel.
BAB IV. STYLE FILM
CHAERUL UMAM
Bab
ini akan membahas lebih lanjut hasil-hasil analisis bab sebelumnya serta
melakukan interpretasi terhadap data-data yang telah dihasilkan dari penelitian
sebelumnya.
BAB V. KESIMPULAN
Kesimpulan
akan berisi hal-hal yang dianggap penting yang telah menjadi hasil dari
penelitian ini. Selain itu, bab ini juga
akan mencakup pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab melalui penelitian yang
dilakukan dan yang akan menjadi sarana bagi penelitian-penelitian baru dimasa
yang akan datang.
[1] Sejarah
Penelitian Kualitatif: Penelitian Etnografi sebagai Titik Tolak, Prof. Dr. H.
Mudija Rahardjo , 2012
[2] Film Style and Technology : History and Analysis, Barry
Salt, 2003
[3] Thomas Elsaesser & Warren B, Studying Contamporary American Film; A Guide To Movie Analysis
Oxford University Press, 2002
[5]
Ibid3
[6] Thomas Elsaesser & Warren Buckland. Studying
Contemporary American Film. Oxford University Press Inc : 2002
[7] JB
Kristanto, Katalog Film Indonesia 1926-2005, Jakarta,
2005
[8] Mempertanyakan Bahasa Visual ‘Baru’ dalam Sinema
Indonesia, Veronika Kusumaryati, Jurnal Imaji semester ke dua,: 2009
[9] Ibid 8
[10] Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana,2010
0 komentar:
Posting Komentar