ABSTRAK
Film
menjadi sebuah seni melalui style
atau perangkat teknis yang bekerja pada medium film. Hal ini terlihat sejak era
tradisi klasik dalam sinema, bahwa film memiliki konsep yang mampu berdiri sendiri tanpa melibatkan faktor
lain untuk menjadikan film sebagai seni.
Seiring
pekembangannya, style tidak lagi
dianggap krusial untuk membicarakan film sebagai seni. Masuknya film bersuara
di era 1930-an menjadikan wacana tentang film seakan beralih kiblat pada
kekuatan naratif. Melalui konsep naratif
menjadikan film dilirik berbagai bidang keilmuan, sebuah hal yang sangat
berpengaruh, bagaimana film menjadi disiplin ilmu yang bisa dianalisis dari
berbagai persfektif keilmuan.
Dengan
beralasan film merupakan hasil dari perpaduan banyak ilmu –teknologi, estetika,
sosiologi, sastra, dan lain sebagainya, menjadikan style sebagai ranah analisis ilmu-ilmu sosial dengan beragam metode
pendekatan, seperti semiotika, psikoanalisis, dan berbagai macam pendekatan
lainnya. Efeknya, analisis style bersifat subjektif sebagai ‘ajang pembuktian
diri’. Padahal sebagai bagian sebuah disiplin ilmu, analisis style
sudah seharusnya menghormati kaidah-kaidah ilmiah yang objektif, rasional,
terukur, empiris dan sistematis.
Melalui
skripsi ini, penulis mengaplikasikan Statistical
Style Analysis sebuah pendekatan yang menunjukkan bahwa esensi film
memiliki kaidah-kaidah ilmiah tersebut.
BAB I
PENDAHULUAN
Analisis film
merupakan sebuah kegiatan konstruktif untuk mencari tahu berbagai hal tentang
film, baik kegiatan didalam medium film itu sendiri ataupun faktor lain di luar
konten film. Oleh karena film merupakan ‘interaksi’ antara pembuat dengan
penontonnya, sehingga analisis film
diperlukan dan merupakan salah
satu cara dalam teori film untuk mengungkapkan interaksi tersebut.
Sejarah sinema
berperan penting dalam perkembangan
teori film, yang menjadikan film
lebih fleksibel untuk dikaji dari
berbagai sudut keilmuan. Di era 1950-an dua arus pemikiran pengetahuan Structuralist dan Post- Structuralist begitu kuat
mempengaruhi hampir seluruh bidang keilmuan termasuk teori film, dan cara menganalisanya.
Dalam perkembangannya, analisis film
cenderung menggunakan pendekatan ilmu-ilmu sosial.
Namun ketidak stabilan teori-teori sosial
dalam mengkaji film menyebabkan
kecenderungan pada analisis style bersifat subjektif,
dan interpretasi yang dihasilkan tidak memiliki konsistensi dan sulit diukur
tingkat validitasnya.
Hal ini
dianggap berseberangan dengan esensi
film itu sendiri, oleh karena film memiliki elemen style
yang bersifat teknis, empiris dan valid, yang mampu menjadikan film sebagai
seni ke-tujuh.
Maka sudah
seharusnya analisis film itu menggunakan
metode ilmiah yang objektif, rasional,
empiris dan sistematis melalui perangkat-perangkat kajian yang lebih stabil,
sebab film tidak sekedar dilihat sebagai sebuah
fenomena sosial budaya semata.
1.1. Latar Belakang
Sejak teori-teori yang berada dalam
ranah ilmu sosial dan seni lainnya masuk dalam kajian
sinema sebagai sebuah konvensi analisis, penelitian film semakin beragam.
Teori-teori sosial dalam kajian sinema pada akhirnya juga dikenal sebagai teori
film dengan pendekatan,
seperti teori linguistik, teori semiotik, ataupun teori psikoanalisis. Setidaknya
sejak tahun 1960-an, antusiasme penelitian tentang film mulai
berkembang. Fleksibilitas teori-teori ini pula
membuatnya mudah diaplikasikan dalam berbagai analisis sinema seperti analisis
genre, analisis naratif dan tidak terkecuali analisis style,
yang akan
menjadi fokus utama dalam penelitian ini.
Perbedaan dari
berbagai bentuk analisis film di atas tentunya adalah metode analisis yang
digunakan dan hasil analisis yang
didapatkan. Jika film adalah sebuah ilmu pengetahuan maka sudah sewajarnya ia
memiliki sesuatu yang empiris, terukur, dan bersifat objektif, di mana film style adalah gerbang menuju hal
yang dimaksud.
Analisis style merupakan sebuah
upaya reviewer
menganalisis elemen style
sebuah film melalui pendekatan teori tertentu. Style sendiri dikenal sebagai teknik yang digunakan oleh sutradara
atau pembuat film dalam memberikan makna atau nilai dalam filmnya. Hal ini mencakup setiap aspek dalam pembuatan
film seperti mise en scene, sinematografi, editing, dan suara.
Style film sendiri sudah menjadi
identititas sinema pada umumnya dan merupakan salah satu bentuk estetika atas seni yang dianutnya.
Alasan pemilihan analisis style pada skripsi ini dikarenakan style merupakan gerbang yang paling
kongkrit dalam melihat atau menonton sebuah film. Ketika kita melihat sebuah film, maka
yang tersaji secara gamblang adalah unsur-unsur
dari style tersebut. Sehingga dalam
memaknai atau menganalisa sebuah film, hal ini menjadi sangat penting, selain itu elemen style memiliki bahasa teknis yang tidak semua orang memahaminya dengan baik, maka faktor-faktor inilah
yang menjadi acuan penulis untuk memilih analisis style sebagai bentuk penelitian.
Analisis
style sama seperti analisis sinema
lainnya, lazim menggunakan teori-teori film yang berasal dari ranah ilmu
sosial. Teori-teori yang diadaptasi dari ilmu sosial dan psikologi dan seni lainnya
yang berkembang saat ini seperti auteur atau author,
linguistik, semiotika,
Marxism, dan psikoanalisis
berupaya untuk melihat film secara sosial dan ideologis, menganalisis apa yang
menjadi representasi dalam film baik dari segi style maupun narasinya, lalu mencari pola hubungannya dengan konsep
sosial-politis (biasanya yang dianut oleh peneliti film itu sendiri).
Faktor
berkembangnya cultural studies yang merupakan bagian dari tradisi Structuralist dan Post- Structuralist dianggap
memberikan dampak di mana film dilihat sebagai produk kultural ideologis dari
gejala modernitas, yang tidak bisa lepas dari kapitalisme, industrialisme,
budaya urban, dan massa yang tersentralisasi[1].
Dalam
analisis style, unsur-unsur film dalam style dijadikan objek
analisis untuk mencari makna dan hubungan film dengan pola realitas yang ada.
Yang menjadi persoalan kemudian, meski teori-teori tersebut memiliki metodelogi
dan pendekatan yang cukup jelas dalam analisis style, namun interpretasi –dalam penelitian ilmiah – memiliki
persoalan yang cukup kompleks. Kelemahan utamanya terdapat pada persepsi yang
digunakan sebagai alat dalam menganalisa diragukan objektifitasnya.
Dalam
pendekatan ilmiah –Positivisme- interpretasi subjektif
dalam penelitian tidak memiliki bukti empirik yang dapat mendukung kebenaran
hipotesisnya. Sehingga hasil yang ditemukan hanyalah berupa asumsi-asumsi yang
dapat sewaktu-waktu dibantahkan bahkan dimentahkan kembali.
Analisis style dengan pendekatan teori-teori sosial dianggap tidak stabil, di
mana subjektifitas dalam interpretasi tidak memiliki konsistensi dan sulit
diukur tingkat validitasnya. Padahal sebagai bagian sebuah disiplin ilmu, analisis style sudah seharusnya
menghormati kaidah-kaidah ilmiah yang
objektif,
rasional, empiris dan sistematis.
Sayangnya, teori-teori film yang ditawarkan
dalam kajian sinema tidak memenuhi kaidah ilmiah tersebut.
Merujuk
pada pernyataan Sergei Eisentein yang menyebut style merupakan sesuatu yang paling mudah diidentifikasi dalam film, sehingga dapat
disimpulkan bahwa style merupakan
unsur yang paling empiris dari sebuah film. Karenanya, melalui analisis style
inilah kaidah ilmiah dapat diterapkan dalam kajian
film.
Adalah Barry Salt, seorang sejarawan dan
praktisi sinema kebangsaan Australia memperkenalkan pendekatan yang lebih
ilmiah dalam analisis style. Metode
yang digunakan adalah statistik. Statistik digunakan untuk mengukur elemen style ke dalam grafik-grafik angka
untuk kemudian digeneralkan. Pendekatan Barry Salt ini kemudian dikenal Statistical
Style Analysis
atau Stylometry yang dipublikasikan
oleh Salt sekitar tahun 1970-an.
1.
Menawarkan analisis style dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif.
2.
Menghindari
sengketa teks.
3.
Untuk mengidentifikasi kronologis film ketika adegan atau
urutan komposisi tidak jelas atau tidak runut.
Dengan
memasukkan statistik sebagai alat analisisnya, Barry Salt berhasil menghindari hubungan antara style
dan tema sebuah film, sesuatu yang menjadi fokus pada teori sebelumnya yang ’mati-matian’ membantah asumsi bahwa
tampilan scene atau mise
en scene dalam sebuah film hanya keperluan estetika semata.
Meski telah diperkenalkan hampir tiga dekade yang lalu, analisis style
Barry Salt ini masih kalah populer dibanding analisis style pengaruh cultural studies. Kondisi ini juga terjadi pada kajian film di
Indonesia, pendekatan statistik masih terasa asing bahkan mungkin belum pernah digunakan. Penelitian film di Indonesia
masih didominasi oleh teori-teori sosial yang berada pada ranah paradigma
kualitatif sementara Statistical
Style Analysis memijakkan dirinya pada paradigma kuantitatif. Lebih lanjut,
perlu ditegaskan bahwa penulis di sini tidak akan membahas lebih jauh paradigma
kuantitatif dan kualitatif.
Walaupun terkesan masih asing bagi dunia
kajian sinema namun pendekatan Barry Salt sangat menarik perhatian penulis dan
patut untuk diaplikasikan dalam film-film Indonesia. Karena itu, pada
penelitian kali ini, penulis ingin mengaplikasikan Statistical
Style Analysis-Barry Salt untuk menganalisis film-film Indonesia.
I.2.
Ruang Lingkup
Di Indonesia, Kajian sinema sendiri mengalami nasib
yang serupa di mana penelitian film masih didominasi oleh pendekatan-pendekatan
kualitatif. Hal ini menjadikan penulis sangat antusias mengaplikasikan
pendekatan Statistical Style Analysis-Barry Salt ke dalam
kajian sinema Indonesia. Bukan saja terbilang baru, pendekatan Salt ini juga
merupakan satu alternatif lain dalam analisis style di mana pendekatan statistik sangat jarang digunakan
dalam kajian sinema itu sendiri.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin
mengaplikasikan Statistical Style Analysis kepada film-film karya
sutradara Chaerul Umam. Berbeda dengan generasi sutradara akademisi
seperti Garin Nugroho
atau Riri Riza yang memang mempelajari film secara formal. Chaerul
Umam merupakan salah satu dari generasi ekspansi di mana tahun 1970-an banyak
praktisi teater beralih profesi menjadi pekerja film. Pengetahuannya mengenai
film mulai dari estetika sampai pada teknis didapatnya secara otodidak melalui Teater. Namun
secara kualitas kita tidak bisa mengklaim salah satunya lebih baik, kita
mungkin kita hanya bisa mengatakan generasi akademis seperti Garin Nugroho atau Riri Riza
memiliki selera estetitis yang lebih kompleks dibanding generasi sebelumnya.
Terlepas dari banyaknya
penelitian yang membahas film-film sutradara dari generasi akademisi, penulis
mencoba beralih pada objek yang lebih berbeda, melalui generasi
ekspansi yang diwakili oleh Chaerul Umam.
Chaerul Umam
sendiri memulai kariernya sebagai sutradara pada tahun 1975 dengan film
perdananya berjudul Tiga Sekawan.
Kesuksesan Al Kautsar (1977) membuatnya menjadi salah satu sutradara yang
diperhitungkan. Film Al Kautsar berhasil
meraih penghargaan FFA XXIII Bangkok 1977 untuk Tata Suara
terbaik[3].
Sejak saat itu ia sering kali diindentikkan dengan film-film Islami, selain itu
ia juga dikenal sebagai sutradara dengan film-filmnya yang sopan dalam artian
dia menolak untuk menyutradarai film-film yang berbau seks baik yang bergenre
komedi maupun horor. Bahkan ketika menyutradari film Sama Juga Bohong (1986) yang dibintangi Warkop DKI, Chaerul Umam
berhasil menyingkirkan kesan Warkop sebelumnya dengan lebih menguatkan pada
alur narasi dan penceritaan dibanding menarik penonton dengan visual
perempuan-perempuan seksi.
Hingga kini dia masih mempertahankan
idealitasnya terhadap sinema Islami ketika menyutradarai sinetron di TV swasta
periode tahun 1998-2000, sampai film terakhirnya yang diangkat dari novel best seller dengan judul yang sama Ketika Cinta Bertasbih I dan II
(2000-2001).
Sejak 1975 hingga 2001 terdapat 22 film
yang telah Chaerul Umam produksi. 20 diantaranya tercatat dalam Katalog Film
Indonesia 1926-2005. Ke-22
film Chaerul Umam tersebut adalah :
1. Tiga Sekawan
(1975)
2. Al Kautsar
(1977)
3. Cinta Putih
(1977)
4. Sepasang Merpati
(1979)
5. Betapa Damai Hati Kami
(1981)
6. Gadis Marathon
(1981)
7. Titian Serambut Dibelah
Tujuh (1982)
8. Hati Yang Perawan
(1984)
9. Kejarlah Daku Kau
Kutangkap (1985)
10. Bintang Kejora
(1986)
11. Sama Juga Bohong
(1986)
12. Terang Bulan Di Tengah
Hari (1988)
13. Joe Turun Ke Desa
(1989)
14. Malioboro
(1989)
15. Boss Carmad
(1990)
16. Jangan Bilang
Siapa-siapa (1990)
17. Om Pasikom
(1990)
18. Nada dan Dakwah
(1991)
19. Ramadhan dan Ramona
(1992)
20. Fatahillah
(1997)
21. Ketika Cinta Bertasbih
I (2009)
22. Ketika Cinta Bertasbih
II (2010)
Berhasil melewati tiga dekade berkarya
Chaerul Umam terbilang masih produktif dibanding sutradara-sutradara
seangkatannya.
Pada penelitian kali ini, penulis ingin
mengaplikasikan metode Statistical Style
Analysis yang diperkenalkan oleh Barry Salt untuk menganalisa atau mengukur style film-film Chaerul Umam. Melalui
pendekatan tersebut diharapkan kita dapat melihat bagaimana perubahan style Chaerul Umam dari setiap periode
karirnya. Oleh karena itu penulis mengajukan penelitian ini
dengan judul :
“
Aplikasi Statistik Dalam
Analisis Film-Style,
Studi Kasus
Film Chaerul Umam”
I.3. Rumusan Masalah
Adapun masalah dalam penelitian ini antara lain :
1. Apakah
yang dimaksud dengan analisis statistik dalam film menurut teori Barry Salt ?
2. Bagaimanakah
sistem kerja dan pengaplikasian metode statistik tersebut ?
3. Bagaimana evaluasi
dari hasil penelitian film menggunakan metode statistik dengan studi kasus film
Chaerul Umam?
I.4. Tujuan Penelitian
Sebagai disiplin ilmu, analisis atau kajian film sudah seharusnya dapat memberikan sesuatu yang lebih ilmiah,
objektif dan terukur. Penelitian ini merupakan
upaya memberikan alternatif lain yang lebih
ilmiah ke dalam penelitian film,
bukan sekedar
kontruksi manipulatif yang selalu mangkaitkan konteks film dengan realitas di luar dirinya
yang merupakan hasil pengalaman subjektif peneliti sebelumnya. Dengan
demikian kita bisa menempatkan kajian film sejajar dengan kajian ilmu-ilmu
sosial lainnya, dengan metode tersendiri.
I.5. Metode
Penelitian
Dalam
penelitian ini penulis ingin menyajikan style
film Chaerul Umam pada awal kariernya sebagai sutradara sejak
tahun 1975 hingga karyanya yang terbaru di tahun 2010. Materi uji dari style
ini didapatkan dari pengambilan dan penghitungan elemen shot dalam film sampel yang penulis
ambil per-dekade setiap karya Chaerul Umam.
Selanjutnya
hasil-hasil tersebut akan dipersentasekan untuk lebih lanjut dievaluasi
sebagai style atau karakter film
Chaerul Umam. Perbedaan yang terdapat pada style
filmnya dapat disimpulkan sebagai
bagian dari transformasi style
Chaerul Umam selama kurun 40 tahun masa karirnya sebagai sutradara.
A. Rancangan Penelitian
Untuk
mengetahui style Chaerul Umam dalam
film-filmnya, penulis melakukan penelitian dengan cara mencari literatur
film-film Chaerul Umam pada mulai 1975 hingga 2010.
Selanjutnya data-data tersebut tersebut
penulis pisahkan dan mengambil
masing-masing satu judul film yang diproduksi setiap dekade dimulai dari
1970-an hingga produksi terakhirnya di tahun 2000-an sebagai bahan/sampel yang
akan penulis bongkar dan sesuaikan dengan tujuan penelitian.
B.
Subjek Penelitian (Populasi dan Sampel)
Populasi
merupakan keseluruhan elemen,
atau unit elementer, atau unit penelitian, atau unit analisis yang memiliki
karakteristik tertentu yang dijadikan sebagai objek penelitian. Pengertian
populasi tidak hanya berkenaan dengan ’siapa’ tetapi juga berkenaan dengan
’apa’.
Istilah elemen, unit elementer, unit penelitian, atau
unit analisis yang terdapat pada
batasan populasi di atas merujuk pada ’siapa’ yang akan diteliti atau unit di
mana pengukuran dan inferensi akan dilakukan (individu, kelompok, atau
organisasi), sedang penggunaan kata karakteristik
merujuk pada ’apa’ yang akan diteliti. ’Apa’ yang diteliti tidak hanya merujuk
pada isi, yaitu ’data apa’ tetapi juga merujuk pada cakupan (scope) dan juga waktu.[4]
Berbagai penelusuran telah dilakukan, dalam Katalog
Film Indonesia 1926-2005 penulis menemukan 20 film karya Chaerul Umam yang
dibuat pada periode 1970-1990-an. Penulis juga menemukan 2 film yang diproduksi
periode tahun 2000-an jadi total film Chaerul Umam yang telah diproduksi adalah
22 film. Maka 22 film ini selanjutnya akan disebut sebagai populasi dalam penelitian ini. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah :
1. Tiga Sekawan
(1975)
2. Al Kautsar
(1977)
3. Cinta Putih
(1977)
4. Sepasang Merpati
(1979)
5. Betapa Damai Hati Kami
(1981)
6. Gadis Marathon
(1981)
7. Titian Serambut Dibelah
Tujuh (1982)
8. Hati Yang Perawan
(1984)
9. Kejarlah Daku Kau
Kutangkap (1985)
10. Bintang Kejora
(1986)
11. Sama Juga Bohong
(1986)
12. Terang Bulan Di Tengah
Hari (1988)
13. Joe Turun Ke Desa
(1989)
14. Malioboro
(1989)
15. Boss Carmad
(1990)
16. Jangan Bilang
Siapa-siapa (1990)
17. Om Pasikom
(1990)
18. Nada dan Dakwah
(1991)
19. Ramadhan dan Ramona
(1992)
20. Fatahillah
(1997)
21. Ketika Cinta Bertasbih
I (2009)
22.
Ketika
Cinta Bertasbih II (2010)
Selanjutnya, dari ke-22 populasi yang
telah ditemukan penulis menentukan sampel yang akan digunakan sebagai objek
penelitian. Sampel akan penulis pilih melalui pemilihan film-film per-dekade.
Dengan asumsi bahwa setiap satu film akan menjadi perwakilan dari dekade
diproduksinya film tersebut, ini juga akan menjadi penanda style Chaerul Umam pada tahun yang bersangkutan. Pengolahan
sampel ini dilakukan untuk memudahkan
penulis mengidentifikasi film secara historis dan teknologi yang digunakan.
Adapun kriteria film sampel akan dipilih
sesuai dengan persamaan-persamaan yang terdapat pada genre dan tema yang
diangkat per-dekade
Chaerul Umam berkarya. Hal ini bertujuan agar memudahkan
penulis untuk mengumpulkan parameter formal yang menjadi data primer yang akan
diukur. Untuk itu penulis memetakan film-film Chaerul Umam ke dalam tiga
kriteria sesuai genrenya yaitu
1.
Religius :
Al Kautsar (1977), Titian
Serambut Dibelah Tujuh (1982), Nada
dan Dakwah (1992), Fatahillah
(1997), Ketika Cinta Bertasbih I (2009), Ketika Cinta Bertasbih II (2010).
2.
Komedi :
Tiga Sekawan (1975), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Sama Juga Bohong (1986), Bintang Kejora (1986), Joe Turun Ke Desa (1989), Om Pasikom (1990), Jangan Bilang Siapa-siapa (1990).
3. Drama : Cinta Putih (1977), Betapa Damai Hati Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati Yang Perawan (1984), Terang Bulan Di Tengah Hari (1988), Malioboro (1989), Boss Carmad (1990), Ramadhan dan Ramona (1992).
Secara
statistik, film-film Chaerul Umam berdasarkan genre-nya dapat dilihat dalam
diagram berikut :
|
Dari diagram di atas kita dapat lihat
persentase film-film Chaerul Umam dilihat dari genre filmnya. Genre drama
merupakan film dengan judul terbanyak dari karya-karya Chaerul Umam sebesar
36.36% atau 8
judul. Kemudian komedi dengan persentase 31.81% atau 7 judul film dan yang
terkecil adalah genre religi dengan persentase 27.27% atau 6 judul film.
Selanjutnya untuk mendapatkan sampel
yang diinginkan, maka penulis kembali membagi film-film Chaerul Umam sesuai
dekade (per-10
tahun), genre dan judul film. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
Periode
|
Genre film
|
Judul Film
|
1970-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Cinta Putih (1977), Sepasang Merpati (1979)
Tiga Sekawan (1975),
Al Kautsar
(1977)
|
1980-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Betapa Damai Hati
Kami (1981), Gadis Marathon (1981), Hati
Yang Perawan (1984), Terang Bulan
Di Tengah Hari (1988), Malioboro
(1989)
Kejarlah Daku Kau
Kutangkap (1985), Bintang Kejora (1986), Sama
Juga Bohong (1986), Joe Turun Ke
Desa (1989)
Tiitian Serambut
Dibelah Tujuh (1982)
|
1990-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
Boss Carmad
(1990), Ramadhan dan Ramona
(1992)
Jangan Bilang
Siapa-siapa (1990), Om Pasikom (1990)
Nada Dan Dakwah
(1991), Fatahillah (1997)
|
2000-an
|
Drama
Komedi
Religi
|
-
-
Ketika Cinta
Bertasbih I (2009)
Ketika Cinta
Bertasbih II (2010)
|
Dari tabel di atas dapat kita lihat
bahwa setiap periode karya Chaerul Umam tidak melahirkan genre film yang sama.
Periode tahun 2000-an tampak pada tabel genre drama dan komedi kosong, sehingga
dua genre tersebut tidak dapat dikomparasikan dengan film yang lain dari tiga
periode sebelumnya (1970, 1980, 1990). Sehingga sampel yang tepat untuk
penelitian ini adalah film-film Chaerul Umam adalah genre religi, Ini dapat
dilihat dari tabel di atas yang menunjukkan bahwa setiap periode karir Chaerul Umam
pasti mengeluarkan satu atau dua film religi.
Meski berada pada persentase terkecil
dari film-film Chaerul Umam, penulis melihat Chaerul Umam konsisten dalam
memproduksi film bergenre religi setiap periode karirnya.
Adapun persamaan tema atau genre dari sampel yang penulis
pilih akan memudahkan penulis untuk mengumpulkan parameter
formal yang menjadi data primer yang akan diukur nantinya. Karena itu
penulis memilih film-film Chaerul Umam dengan
genre religi sebagai sampel atau objek penelitian untuk
mengungkap atau mengevaluasi style
Chaerul Umam secara statistik. Adapun film-film tersebut adalah :
1. Al Kautsar mewakili periode 1970-an.
2. Titian Serambut Dibelah Tujuh mewakili periode 1980-an.
3. Nada dan Dakwah mewakili periode 1990-an.
4. Ketika Cinta Bertasbih I mewakili
periode 2000-an.
C.
Pengumpulan Data
Penelitian ini akan memakan waktu
sekitar 12 hingga 18 bulan untuk
merampungkan data serta menganalisis data-data yang telah dikumpulkan.
D.
Analisis Data
Adapun analisis data yang digunakan akan
menggunakan Statistical Style Analysis
yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Ide dasar di
balik
metode ini adalah metode analisis statistik,
bahwa setiap bentuk film terasa berbeda dari satu ke
yang lain, metode semacam ini memberikan berbagai
dinamika variabel yang berfungsi untuk
mendeteksi seperti apa desain dari style yang ditampilkan.
Selain hal tersebut metode ini bertujuan
sebagai komparasi terhadap satu film dengan film lainnya. Film tidak hanya terpaku
pada persoalan naratif, karena ada bagian-bagian yang jelas lebih
konkrit yang bisa dijadikan ‘barang bukti’ untuk memaknai sebuah pemahaman akan konsep film, proses ini disebut penarikan sampel.
I.6.
sistemetika
penulisan
Skripsi ini akan
ditulis dengan sistematika sebagai berikut:
-
Judul
Skripsi
-
Lembar
Pengesahan
-
Prakata
-
Daftar
Isi
BAB I. PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang persoalan, rumusan masalah,
signifikansi, tujuan, metode penelitian dan sistematika penelitian. Dalam
bab ini pula dibahas tentang informasi-informasi dasar tentang Statistical Style Analysis serta objek penelitian yang diambil dalam
skripsi ini.
BAB II. METODE STATISTICAL STYLE ANALYSIS
Bab
ini akan membahas tentang teori Statistical
Style Analysis atau Stylometry yang diperkenalkan oleh Barry Salt. Hal-hal
yang apa saja yang melatar belakangi teori ini hadir dan
bagaimana metode analisa yang ditawarkan oleh Barry Salt.
BAB III. ANALISIS STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab
ini akan berkonsentrasi pada analisis style
film-film Chaerul Umam melalui
unsur-unsur sinematografi antara lain shot length,
durasi
masing-masing film sampel, komposisi
atau shot scale,
dan camera work-camera movement,
BAB IV. ANALISIS DATA DAN EVALUASI STYLE FILM CHAERUL UMAM
Bab
ini akan membahas lebih lanjut hasil-hasil analisis bab sebelumnya serta
melakukan evaluasi
terhadap data-data yang telah dihasilkan dari penelitian sebelumnya, serta hal hal yang berkenaan didalamnya
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
akan berisi hal-hal yang dianggap penting yang telah menjadi hasil dari
penelitian ini. Selain itu, bab ini juga
akan mencakup pertanyaan-pertanyaan yang belum terjawab melalui penelitian yang
dilakukan dan yang akan menjadi sarana bagi penelitian-penelitian baru di masa
yang akan datang.
0 komentar:
Posting Komentar