Di
masa lampau jauh sebelum terbentuknya peradaban manusia, bumi telah menunjukan
aktivitasnya. Berdasarkan bukti – bukti pada batuan, pergerakkan benua
diperkirakan dimulai sejak 180 juta tahun yang lalu, Afrika dan Amerika selatan
berpisah pada 120 juta tahun yang lalu. Daratan yang kini menjadi India
terpecah sejak 110 juta tahun yang lalu dan bergerak relative cepat ke utara.
Di belahan bumi yang akan menjadi kepulauan
Indonesia pada saat yang sama setelah daratan India terpecah dan bergerak ke
utara, Australia memisahkan diri dari Antartika. Cikal bakal kepulauan
Indonesia di perkirakan mulai terbentuk sejak 60 juta tahun yang lalu, sebagian
material batuannya yang lebih tua berasal dari belahan bumi selatan.
Menurut
para ahli geologi didalam perut bumi terdapat arus konveksi yang menyerupai
pergerak air yang dipanaskan, arus konveksi inilah yang membimbing pergerakan
lempeng benua dan lempeng samudera.
Terhimpunnya
batu-batuan di daerah Karangsambung dan sekitarnya adalah akibat pertemuan
antara lempeng India-Australia dengan lempeng Asia yang dimulai sejak jaman
kapur akhir atau sejak 60 juta tahun yang lalu.
Bukti – bukti adanya pertemuan 2 lempeng dapat
disaksikan di daerah Karangsambung melalui singkapan beraneka ragam batuan yang
mencerminkan asal batuan tersebut.
Karangsambung
terletak 19 km di sebelah utara kota Kebumen jawa tengah, kawasan ini
dikelilingi perbukitan bermacam batuan dan di lembahnya mengalir sungai Loulo dan
bermuara di Samudera Hindia, kawasan yang penuh perbukitan ini merupakan
cerminan sejarah masa lampau Karangsambung.
Kompleks
batuan pratersier Loulo, batu basalt, dan gabru serta serpetinik ini adalah
merupakan kepingan batuan pembentuk lempeng samudra dan batuan asal perut bumi
yang lebih dalam lagi. Batuan sedimen yang disebut rijang adalah penghuni dasar
samudra.
Didalam
batuan ini dijumpai makhluk renik yang pernah hidup puluhan juta tahun lalu dan
kini telah menjadi fosil, itulah fosil radiolarian.
Rijang
biasanya berasosiasi dengan lava basal, bentuk lava basalt yang aneh menyerupai
bantal menunjukan bagaimana ia terbentuk pada puluhan juta yang lalu nun jauh
diatas lantai samudra ia pun dinamai lava bantal. Dari bagian lempeng benua
terangkat kepermukaan batuan metamorsekismika yang berkilauan.
Bermacam-macam
batuan itu berhimpun dan masing – masing batuannya menyimpan rekaman sejarah
pembentukkannya. Di bagian selatan kompleks batuan pratersier pada 40 juta
tahun yang lalu hingga 5 juta tahun yang lalu terbentuk urutan formasi batuan
sedimen yang kemudian diberi nama formasi Karangsambung, formasi totogan,
formasi waturanda, dan formasi penosogan.
Penelitian
tentang Karangsambung pertama kali dilakukan oleh Verbeek, seorang geolog
Belanda pada tahun 1891. Ia melakukan penelitian di wilayah Karangsambung.
Hasil penelitian ini baru dipetakan secara geologi oleh Harlof pada tahun 1933.
Penelitian dilanjutkan oleh Sukendar Asikin, geolog Indonesia pertama yang
mengulas geologi daerah Karangsambung berdasarkan teori Tektonik Lempeng.
Daerah
Karangsambung telah banyak diselidiki terutama untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, daerah ini pun menjadi penting untuk mempelajari perkembangan
sejarah geologi pulau jawa khususnya dan Indonesia barat pada umumnya.
Di
desa Karangsambung itulah pada tahun 1964 dibangun sebuah kampus lapangan
geologi, kampus ini dibangun untuk meninggikan mutu, teknik, perpetaan, dan
metode pekerjaan lapangan bagi para calon ahli geologi. Pada tahun 1987 kampus
lapangan geologi Karangsambung disempurnakan menjadi unit pelaksana teknis atau
UPT laboratorium alam geologi Karangsambung.
Dan
kini sebagian besar dari ahli geologi di Indonesia pernah mendapatkan pendidikan
di kampus Karangsambung. Sejalan dengan derasnya isu – isu perlindungan
lingkungan dan untuk mencari solusi ilmiah dalam rangka mencegah, memperkecil
dampak, dan memperbaiki berbagai kerusakan dan degradasi alam maka pada tahun
2002 ditetapkanlah kampus ini menjadi UPT Balai Informasi dan Observasi
Kebumian Karangsambung LIPI.
0 komentar:
Posting Komentar