Apa
yang membuat penonton beranjak lebih cepat dari duduknya sebelum film selesai,
berlama lama larut dalam kesedihan, atau ketiduran karena merasa lebih nyaman
dengan suasana gelap gedung bioskop mendatangi gedung bioskop melakukan ritual
sesaat, (mengamati poster, membaca synopsis, mengantri diloket sebelum
menikmati film yang kemudian berargumen
tentang film yang ditontonnya baik kepada dirinya ataupun kepada orang lain)
jawaban pertanyaan tersebut mungkin lebih sederhana dan simpel dibanding
pertanyaanya. Ada
banyak metode dalam menjelaskan hal ini,
selaku penulis ada dua dimensi point of
view dari disiplin ilmu yang menarik serta penjabaran mengapa bioskop perlu
dikunjungi.
Pertama, dimensi
sosiologis sebagai aspek yang global. Menurut Erwin Goffman seorang pakar
sosio-psikolog, manusia pada hakekatnya secara aktif mengklarifikasikan dan
mengkategorisasikan pengalaman hidup ini agar mempunyai arti dan makna,
permasalahannya individu terkadang secara tidak sadar mengabaikannya, meskipun
individu menyadarinya, ia perlu mencari
presentasi atau paradigma lain disekitarnya, agar individu yakin bahwa
ada individu lain yang mau tidak mau memiliki keterhubungan dengan individunya.
Akan muncul adanya semacam comparison,
sebersit pernyataan bahwa pengalaman orang lain lebih berarti dari pengalaman
hidupnya, dan itu adalah lumrah. Secara umum berakibat interprentasi individu
menjadi tergantungan dengan kondisi individu lain. Hal inilah yang mengemukakan
bahwa manusia adalah mahluk social. Representasi film jelas memberikan banyak
karakter-individu dan pengalaman dari individu lain yang kemudian individu
sendiri mencari-mengidentifikasi individu mana yang menyerupai pengalamannya
sebagai sebuah interprentasi.
Semakin unik
contoh-representasi tersebut, maka akan
semakin dibutuhkan karena individu berusaha menarik kesimpulan yang diinginkan
dengan cepat membekas pada panca indra manusia sebagai sebuah proses
sebab-akibat. Artinya point ini telah merambat ke dimensi psikologi sebagai
suatu sikap atas individu.
Representasi
dalam film atau strategi yang digunakan filmmaker adalah upaya untuk menekankan
dan membuat pesan menjadi lebih bermakna, lebih unik dan mencari perhatian
public. Upaya membuat pesan lebih mencolok dan lebih unik ini serta interaksi
secara tidak langsung melalui layar dengan penonton adalah taraf lanjut
yang tak dapat dipisahkan dengan dimensi
psikologis ke dalam film.