Analisis Style Film Religius Pasca Orde Baru”
Sebuah Pendekatan Statistik Terhadap Film-Film Chairul Umam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Film religi merupakan sub genre dari film drama yang mengangkat agama sebagai tema centre-nya. Pada dunia perfilman Indonesia, film religi juga sering disamakan dengan film dakwah sebab dalam penyelesaian persoalan selalu disesuaikan dengan nilai-nilai agama tertentu dan tentu saja hanya ada satu agama yang akhirnya tegak/benar.
Teori Film
Rabu, 30 Maret 2011
Style Film Religius
“Analisis Style Film Religius Pasca Orde Baru”
Sebuah Pendekatan Statistik Terhadap Film-Film Chairul Umam
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Film religi merupakan sub genre dari film drama yang mengangkat agama sebagai tema centre-nya. Pada dunia perfilman Indonesia, film religi juga sering disamakan dengan film dakwah sebab dalam penyelesaian persoalan selalu disesuaikan dengan nilai-nilai agama tertentu dan tentu saja hanya ada satu agama yang akhirnya tegak/benar. Sehingga tidak mengherankan film-film religi yang marak diputar saat ini kental dengan adegan-adegan yang berbau fiqih seperti tokoh utama perempuan pasti menggunakan kerudung. Meski belum ada definisi yang baku mengenai film religi maupun film dakwah secara garis besar dapat diambil kesimpulan sementara bahwa film religi merupakan film yang menampilkan nilai-nilai dan simbol-simbol tertentu dalam satu agama sebagai latar cerita.
Kamis, 03 Maret 2011
‘3 Hari Untuk Selamanya’= Idealitas Semu Kaum Muda.
Salam Bulan Film Nasional
(insert: Karl MArx)
Film sebagai cermin suatu budaya, telah dipercaya sebagai agen dalam menyebarkan gagasan-gagasan penciptanya/author (Stuart Hall).
Berbicara mengenai gagasan-ide maka mau tak mau kita akan berada dalam ranah ‘Ideology’. Dalam wilayah film, ideologi yang dikemas akan diinterpretasikan penonton secara aktif, terlepas ia memahami atau tidak, ideologi yang dikemas dalam tema film akan tetap mengalir. Proses interpretatif penonton inilah yang menyababkan hilangnya peran sang author sebagai pemilik gagasan (author is death).
(insert: Karl MArx)
Film sebagai cermin suatu budaya, telah dipercaya sebagai agen dalam menyebarkan gagasan-gagasan penciptanya/author (Stuart Hall).
Berbicara mengenai gagasan-ide maka mau tak mau kita akan berada dalam ranah ‘Ideology’. Dalam wilayah film, ideologi yang dikemas akan diinterpretasikan penonton secara aktif, terlepas ia memahami atau tidak, ideologi yang dikemas dalam tema film akan tetap mengalir. Proses interpretatif penonton inilah yang menyababkan hilangnya peran sang author sebagai pemilik gagasan (author is death).
Langganan:
Postingan (Atom)